SELAMAT DATANG DI LIFE STYLE.com

Senin, 11 Oktober 2010

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

I. Penjelasan pembaharuan islam, sejarah, dan mengapa pembaharuan islam diperlukan?
a. Harun Nasution cendrung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham, adt-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Gagasan ini muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuna modern.
Karena konotasi dan perkembangan yang seperti itu, harun Nasution keberatan menggunakan istilah modernisasi Islam dalam pengertian di atas ( Azra, Azyumardi :1996) Revivalisasi Menurut paham ini, “pembaharuan adalah “membangkitkan” kembali Islam yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kaum Salaf ( Azra, Azyumardi : 1996 )
b. Muhammad Bin Abdul Wahab ( 1703-1787 )
Beliau dilahirkan di Uyainah, sebuah dusun di Najed bagian Timur Saudi Arabia. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga beragama yang ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali, yaitu mazhab yang memperkenalkan dirinya sebagai aliran Salafiyah.
Muhammad Bin Abdul Wahab menamakan gerakannya, “Gerakan Muwahidin yaitu suatu gerakan yang bertujuan untuk mensucikan dan meng-Esakan Allah dengan semurni-murninya yang mudah, gampang dipahami, dan diamalkan persis seperti Islam pada masa permulaan sejarahnya.
Gerakan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab ini dinamakan “Gerakan Wahabi” sebagai ejek-ejekan oleh lawan-lawannya.
Hal-hal yang ditekankan oleh gerakan ini adalah :
1. Penyembahan kepada selain Allah adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia dibunuh.
2. Orang yang mencari ampunan Allah dengan mengunjungi kuburan orang-orang sholeh, termasuk golongan musyrikin.
3. Termasuk perbuatan musyrik memberikan pengantar dalam sholat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau Malaikat ( seperti sayidina Muhammad ).
4. Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas Alqur’an dan Sunnah, atau ilmu yang bersumber kepada akal pikiran semata-mata.
5. Termasuk kufur dan ilhad yang menginkari “Qadar” dalam semua perbuatan dan penafsiran Qur’an dengan jalan ta’wil.
6. Dilarang memaki buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a (wirid ) cukup menghitung dengan jari.
7. Sumber syariat Islam dalam soal halal dan haram hanya Alqur’an semata-mata dan sumber lain sesudahnya ialah sunnah Rasul. Perkataan ulama mutakallimin dan fuqaha tentang haram-halal tidak menjadi pegangan, selama tidak didasarkan atas kedua sumber tersebut.
8. Pintu Ijtihad tetap terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.
Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar tenaga yang sanggup mengoncangkan dan membangkitkan kembali kesadaran kaum muslimin yang sedang lelap tidur dalam kegelapan. Bersama dengan Ibnu Su’ud, pendiri Dinasti Su’udiyah ( Saudi Arabia ) berjuang dengan sikap pantang menyerah. Ibnu Su’ud dalam menjalankan roda pemerintahannya dilhami oleh syaikh Muhammad.
c. Alasan pembaharuan islam diperlukan
1. Kepercayaan terhadap Barat secara keseluruhan yang dialami oleh generasi baru muslim.
2. Gagalnya system social yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme
3. Gaya hidup elit sekuler di negara-negara Islam.
4. Hasrat untuk memperoleh kekuasaan diantara segmen kelas menengah yang semakin berkembang yang tidak dapat diakomodasi secara politik.
5. Pencarian keamanan psikologis diantara kaum pendatang baru di daerah perkotaan.
6. Lingkungan kota
7. Ketahanan ekonomi negara-negara Islam tertentu akibat melonjaknya harga minyak.
8. .Rasa percaya diri akan masa depan akibat kemenangan Mesir atas Israel tahun 1973, Revolusi Iran 1979, dan fajar kemunculan kembali peradaban Islam abad ke 15 Hijriah ( Mazaffar, Chandra ;1988 )

II. Penjelasan GPI Di Arab Saudi, India, Mesir Dan Toko-Tokoh Dan Pemikirannya
Sayyid Ahmad Khan.2
Berdayakan Umat Muslim India
Dia menerima penghargaan dan gelar dari pemerintah Inggris, tapi ia
mengembalikan semua hadiah yang diberikan mereka padanya. Sir Sayid
Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat
Islam India pada abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada tahun 1817.
Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke
Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani
Umayyah.
Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India) dan menetap di sana.
Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ahmad Khan
memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau
dari keturunan Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah
dia bergelar sayid. lbunya seorang wanita cerdas dan pandai mendidik
anak-anaknya. Ahmad Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama
secara tradisional.
Di samping itu beliau juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab,
matematika, mekanika, sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Beliau pun banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan dalam berbagai
bidang ilmu. Hal ini menjadikannya sebagai seorang yang luas ilmu
pengetahuannya, berpikiran maju, dan dapat menerima ilmu pengetahuan
modern. Sejak sang ayah meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena ibunya enggan
menerima tunjangan pensiun dari istana.
La bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia pindah bekerja
sebagai hakim di Fatehpur (1841). Selanjutnya ia dipindahkan ke
Bignaur. Dan pada tahun 1846 ia kembali lagi ke Delhi. Masa delapan
tahun di Delhi merupakan masa yang paling berharga dalam hidupnya
karena ia dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika terjadi pemberontakan
umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal 10
Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai
peradilan.

Sayyid Ahmad Khan.
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai dimasa lampau.
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. melalui Fathimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di masa Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Setelah berusia delapan belas tahun ia masuk bekerja pada serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Dimasa pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat diterima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan ummat Islam India.


III. Asal-Usul GPI Di Indonesia,Tokoh Dan Model GPI, Serta Tanggapan Masyarakat
Muhammadiyah dan Pembaharuan Islam di Indonesia
Pasca Abduh dan di luar Mesir bertumbuhan pembaru di dunia Islam dengan corak masing-masing. Benang merahnya sama, bagaimana Islam sebagai ajaran mampu menjawab tantangan zaman dan umat Islam sebagai pemeluknya hidup dalam kemajuan.
Di Mesir selain Muhammad Abduh muncul Muhammad Rasyid Ridla, murid dan kawan Abduh yang meneruskan gagasan-gagasannya. Ridla lahir tahun 1865 di Lebanon tetapi, sebagian besar hidupnya dihabiskan di Mesir hingga wafat tahun 1935. Perjumpaan dengan Al-Afghani dan Abduh membuat dirinya menyerap pikiran-pikiran pembaruan. Pada mulanya tertarik pada politik sebagaimana Afghani, tetapi atas nasihat Abduh akhirnya, Ridla tidak mengambil jalan politik dan menekuni dunia pemikiran di bidang pembaruan keagamaan, pendidikan, dan sosial sebagaimana Abduh. Namun, berbeda dengan Abduh, Ridla masih percaya pada konsep negara Islam berupa kekhalifahan sebagai kekuatan pemersatu umat, kendati dia mengeritik keras dan kecewa terhadap praktik absolutisme kekhalifahan Islam kala itu. Abduh di ujung hayatnya, kecewa dan gagal mengajak khalifah Turki Usmani dan kerajaan Arab Saudi untuk tidak kerjasama dengan Inggris dan Perancis yang menjajah dunia Islam kala itu.
Ridla memelopori terbitnya majalah Al-Manar yang memuat pikiran-pikiran pembaruan, lebih-lebih pemikiran Muhammad Abduh. Dia bahkan mengajak umat Islam untuk membarui tafsir atau pemahanan tentang Al-Qur’an, tidak jumud sebagaimana ulama-ulama tradisional. Karena itu, Ridla mengusulkan dan kemudian disetujui gurunya (Abduh) untuk menyusun tafsir Al-Qur’an yang kemudian dimuat secara rutin dalam Al-Manar. Lahirlah Tafsir Al-Manar yang memuat tafsir Abduh tentang ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi karena Abduh wafat terhenti sampai ayat ke-125 surat An-Nisaa’, yakni jilid III Tafsir Al-Manar. Selebihnya, Tafsir Al-Manar merupakan karya Rasyid Ridla baik berdasarkan pelajaran atau tafsir Muhammad Abduh sewaktu memberikan ulasan di Al-Azhar maupun murni tafsir Ridla sendiri. Dalam sejumlah hal, Ridla berbeda tafsir dengan Abduh, jika Abduh lebih “liberal” sedangkan Ridla cenderung “tekstual” dalam memahami ayat-ayat yang memerlukan penafsiran.
Rasyid Ridla sebagaimana Abduh mengeritik umat Islam yang jumud dan mengajak untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya, yang tidak tercemar oleh praktik syirik, bid’ah, dan khurafat. Dia juga mengeritik paham tasawuf yang membuat hidup umat Islam terjebak pada fatalisme. Ridla juga sepaham dengan Abduh untuk memajukan pemikiran melalui ijtihad dan kerja akal. Tetapi berbeda dengan Abduh, Ridla lebih terbatas dalam memberi ruang pada akal dan masih terikat kuat pada pemikiran Ibn Hanbal, Ibn Taimiyyah, dan Muhammad bin Abdil Wahhab. Ridla tidak sebagaimana Abduh juga lebih terbatas dalam menerima pemikiran Barat, kendati mengakui pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana negeri-negeri Barat. Sikap lebih keras terhadap Barat tampak pada pemikiran Ridla. Pemikiran pembaruan Rasyid Ridla tidak se-berani dan se-maju pemikiran Muhammad Abduh.
Pemikiran pembaruan di Mesir pasca Abduh dan Ridla dikembangkan oleh Farid Wajdi, Tantawi Jauhari, Qasim Amin, Sa’ad Zaglul, Ahmad Luthfi al-Sayyid, Ali Abdul Raziq, dan Taha Husain (Nasution, ibid: 69). Dua nama yang disebut belakangan, Raziq dan Taha bahkan lebih liberal ketimbang Abduh. Sebagian kalangan seperti Munawwir Sadjzali bahkan mengkategorisasikan Raziq dan Taha ke dalam aliran “sekuler” karena pandangannya yang sangat pro-modern Barat dan menganut paham “pemisahan” agama dari negara. Pemikiran serupa juga berkembang di Turki, yang melahirkan gerakan Turki Muda, terutama di kemudian hari pada pemikiran Mustafa Kamal At-Taturk yang dikenal dengan tokoh “sekularisasi” Islam di Turki. Pemikiran Mustafa Kamal sebenarnya bukan membuang agama dari kehidupan politik-kenegaraan, tetapi mengeliminasi atau menghilangkan kekuasaan agama dari ranah politik-kenegaraan. Islam sebagai agama tidak sama dan sebangun dengan institusi negara.
Di belahan dunia yang lain, di India lahir pula pembaruan yang dipelopori oleh Syah Waliyullah al-Dehlawi (1703–1781 M) dan Sir Sayyid Ahmad Khan (1817–1898 M). Waliyullah dan juga Ahmad Khan sebagaimana pembaru Islam lainnya prinsip pemikirannya sama untuk kembali pada Islam yang murni, membebaskan umat dari kebekuan dan masalah internal, serta menghadapi penjajahan. Waliyullah lebih melihat pada persoalan internal umat ketimbang ke luar, dia memadukan pemikiran pemurnian dengan tasawuf, sehingga gerakan pemurniannya lebih lentur dan berbeda dengan Abdil Wahhab.Waliyullah menghendaki masyarakat Islam yang kuat dan kejayaan Islam sebagaimana zaman dinasti Monggul di India.
Adapun Ahmad Khan lebih maju lagi pemikirannya. Sebagaimana Abduh, Khan menghargai akal sebagai alat untuk menafsirkan ajaran Islam sesuai dengan kemajuan zaman, hingga baik Abduh maupun Ahmad Khan sering dituding penganut Mu’tazilah. Ahmad Khan juga memandang pentingnya pembaruan sosial dalam kehidupan umat Islam, menghilangkan perbudakan, dan diperbolehkannya wanita untuk ke luar ranah publik dan tidak setuju dengan cadar bagi perempuan muslimah sebagaimana ditemukan di negeri-negeri Arab. Khan memandang Islamisasi tidak harus total dalam arti lebih menekankan pada aspek-aspek yang belum Islam untuk di-Islamkan, sehingga pendekatannya lebih adapftif atau akomodatif dan tidak frontal sebagaimana Wahhabiah. Ahmad Khan juga menganjurkan umat Islam bebas dari taklid dan meniru kemajuan modern Barat, bahkan dia memilih pendekatan akomodatif terhadap Inggris ketimbang konfrontatif. Khan juga membolehkan umat Islam bergaul dengan pemeluk agama lain, termasuk Kristen. Dia menganjurkan toleransi sesama umat beragama, bahkan memandang Bible sebagaimana Al-Qur’an, juga mengajarkan moralitas kemanusiaan, dan memandang agama sebagai urusan pribadi yang tidak boleh diganggu gugat. Bagi Ahmad Khan, Islam merupakan ajaran yang sesuai dengan pemikiran dan keperluan kemajuan zaman modern. Kita masih dapat mencatat pembaru Islam lainnya di belahan dunia Islam, termasuk Muhammad Iqbal dari Pakistan. Pemikir dan pujangga Islam dari Pakistan yang dulu pecahan dari India itu menawarkan rekonstruksi pemikiran Islam di dunia muslim.
Api pembaruan Islam yang mengalir bagaikan air bah yang tak terbendung itu merambah dan masuk pula ke Indonesia. Waktu itu, Indonesia masih merupakan negeri Nusantara dan berada dalam kungkungan penjajahan Belanda. Melalui persentuhan ibadah haji, kontak pemikiran secara langsung, dan bacaan-bacaan pemikiran pembaruan di dunia Arab kala itu, lahirlah para pembaru dan gerakan pembaruan Islam di Indonesia dengan berbagai ragam orientasi dan karakter pemikiran. Terdapat persambungan (kontinyuitas) antara pembaruan Islam di Indonesia dengan di dunia Islam sebelumnya, tetapi juga terdapat perbedaan atau perubahan (diskontinyuitas) yang menampilkan corak yang khas. Sebagian ahli seperti Abubakar Atjeh (1970: 5) menyebutnya sebagai Gerakan Salafiyah di Indonesia dengan konotasi gerakan pemurnian (Salafiyah) plus “pembaruan dalam Islam” atau “tajdid fi al-Islam”, “Reformisme”, atau “Aliran Kebangkitan Dalam Islam”, “Gerakan Kaum Muda”, dan sebagainya. Sedangkan pakar lainnya seperti Deliar Noer dan para peneliti asing menyebutnya sebagai Gerakan Modern Islam atau “Modernisme Islam”. Spirit dasarnya sama, yakni memurnikan ajaran Islam sesuai dengan sumbernya yang asli (Al-Qur’an dan Sunnah Nabi), dan mengembangkan ijtihad dalam berbagai aspek dan orientasi pemikiran atau pembaruan Islam.
Tokoh-tokoh pembaruan Islam di Indonesia antara lain Haji Rasul, Abdul Karim Amrullah, Djamil Djambek, dan sebelumnya para tokoh Paderi dengan gerakan pemurniannya di ranah Minangkabau, termasuk Palimo Kayo yang mendirikan Sumatra Thawalib. Di pulau Jawa dalam kurun lebih akhir di era awal abad ke-20 lahir Cokroaminoto yang melahirkan Syarikat Islam, Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, A. Hassan dengan Persatuan Islam-nya, Achmad Surkati yang membentuk Al-Irsyad, dan lain-lain. Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya memiliki tempat yang spesifik dalam matarantai gerakan pembaruan di dunia Islam itu. Di satu pihak Kyai dari Kauman Yogyakarta itu menyerap dan berinteraksi dengan pikiran-pikiran besar para pembaru seperti Ibn Taimiyyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridla. Tetapi pada saat yang sama melakukan kreasi dan menampilkan corak pembaruan Islam yang lebih berwajah kultural dan moderat. Sehingga Muhammadiyah yang lahir tahun 1912 itu mampu bertahan dan meluas bukan hanya sebagai alam pikiran namun, sekaligus sebagai organisasi gerakan pembaruan Islam yang melembaga dan mengakar kuat di bumi Indonesia.l
a. Muhammad Abduh 2
Pemikiran Muhammad Abduh
Muhammad bin Abduh bin Hasan dilahirkan di desa Mahallat Nashr, Al-Buhairoh, Mesir pada tahun 1849 M. Dia murid kesayangan Jamaluddin Al-Afghani. Dia wafat pada tahun 1905.
b. Aqal dan Wahyu
Menurut DR. M. Quraisy Syihab dalam Studi Kritis Tafsir Al-Manar terbitan Pustaka Hidayah tahun 1994 halaman 19, ada dua pemikiran pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Muhammad Abduh, yaitu:
Membebaskan aqal fikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana haqnya salaful ummah, yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an dan Hadits. [Wajarlah jika para pengikutnya beranggapan bahwa setiap orang boleh berijtihad, admin
c. Musthofa Kamal At-Taturk
Perang Dunia I Turki mengalami kekalahan menyebabkan timbulnya amarah dan semangat rakyat Turki untuk membela tanah air. Dalam suasana yang serupa inilah munculnya Mustafa Kamal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Turki Usmani dari kehancuran dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki Modern dan atas jasanya, ia mendapat gelar Attaturk (Bapak Turki). Ia lahir di Salakonia pada tahun 1881.
d. Muhammad Iqbal 2
Muhammad Iqbal adalah orang yang menciptakan puisi itu yang lahir pada tahun 1873 di Sialkot, suatu kota tua bersejarah diperbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Ia datang dari keluarga miskin tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperoleh di sekolah menengah dan perguruan tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Pendidikan dasar ia tempuh di kota kelahirannya dan masuk Government College (sekolah tinggi pemerintah) Lahore. Ia menjadi mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold yang meninggalkan Aligarh dan pindah bekerja di Government College Lahore. Iqbal lulus pada tahun 1897 dan memperoleh beasiswa serta dua mendali emas karena baiknya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Ia akhirnya memperoleh gelar M. A dalam filsafat pada tahun 1899. dan ia meninggal dunia pada 18 maret 1938.

IV. Alasan Muhammadiyah Disebut GPI, Dan Dasar Pemikiran Kh.A.Dahlan
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung Kesultanan. Salah satunya adalah menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2 derajat ke Utara. Menurut ilmu hisab yang ia pelajari, arah Kiblat tidak lurus ke Barat seperti arah masjid di Jawa pada umumnya, tapi miring sedikit 241/2 derajat. Perbuatan ini ditentang olen masyarakat, bahkan Kanjeng Kiai Penghulu memerintahkan untuk menghapusnya. Lalu ia membangun Langgar sendiri di miringkan arah Utara 241/2 derajat, lagi-lagi Kanjeng Kiai Penghulu turun ¬tangan dengan memerintahkan untuk merobohkannya. K.H. Ahmad Dahlan hampir putus asa karena peristiwa-peristiwa tersebut sehingga ia ingin meninggalkan kota kelahirannya. Tetapi saudaranya menghalangi maksudnya dengan membangunkan langgar yang lain dengan jaminan bahwa ia dapat mengajarkan pengetahuan agama sesuai dengan apa yang diyakininya. Peristiwa demi peristiwa tersebut rupanya menjadi cikal-bakal pergulatan antara pikiran-pikiran baru yang dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan pikiran-pikiran yang sudah mentradisi.
a. Gerakan Pembaruan Ahmad Dahlan
Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan, yang berbeda dengan masyarakat zamannya mempunai landasan yang kuat, baik dari keilmuan maupun keyakinan Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku keagamaan yang berlandaskan pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai dengan akal sehat. Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid dan mulai tahun 1910 M. penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis.
Kemudian dia mengeliminasi upacara selametan karena merupakan perbuatan bid’ah dan juga pengkeramatan kuburan Orang Suci dengan meminta restu dari roh orang yang meninggal karena akan membawa kemusyrikan (penyekutuan Tuhan). Mengenai tahlil dan talqin, menurutnya, hal itu merupakan upacara mengada-ada (bid’ah). Ia juga menentang kepercavaan pada jimat yang sering dipercaya oleh orang-orang Keraton maupun daerah pedesaan, yang menurutnya akan mengakibatkan kemusyrikan.
Mendirikan Perserikatan Muhammadiyah Sebelum mendirikan Organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan aktif di berbagai perkumpulan, seperti Al-Jami’at Al-Khairiyyah (organisasi masyarakat Arab di Indonesia), Budi Utomo dan Sarekat Islam. Ia termasuk salah seorang ulama yang mula-mula mengajar agama Islam di Sekolah Negeri, seperti Sekolah Guru (Kweekschool) di Jetis Yogyakarta dan OSVIA di Magelang.
Selain berdagang pada hari-hari tertentu, dia memberikan pengajian agama kepada beberapa kelompok orang, terutama pada kelompok murid Pendidikan Guru Pribumi di Yogyakarta. Dia juga pernah mencoba mendirikan sebuah madrasah dcngan pengantar bahasa Arab di lingkungan Keraton, namun gagal.
Selanjutnya, pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Tujuan Muhammadiyah terutama untuk mendalami agama Islam di kalangan anggotanya sendiri dan menyebarkan agama Islam di luar anggota inti. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu bermaksud mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh yang membicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat kabar dan majalah.
Sebagai jawaban terhadap kondisi pendidikan umat Islam yang tidak bisa merespon tantangan zaman, K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen. Ini mengadopsi pendidikan model Barat, karena sistemnya dipandang “yang terbaik” dan disempurnakan dengan penambahan mata pelajaran agama. Dengan kata lain, ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi kehidupan yang tidak Islami. Umat Islam tidak diarahkan kepada pemahaman “agama mistis” melainkan menghadapi duni secara realitis.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. izin itu hanya berlaku untuk daerah Yokyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sbabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srakandan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah di luar Yokyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yokyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf Bima kanu wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi
V. Alasan Saya Mengenai GPI
Menurut saya GPI yang sekarang harus diperbaiki yang lebih baik lagi.

Rabu, 06 Oktober 2010

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

A. KONSEP DASAR

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup.


II. Konsep Dasar Farmakodinamika

Farmakodinamika mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau memelajari pengeruh obat terhadap fisiologi tubuh.
1. Mekanisme Obat
Efek obat terjadi karena interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dalam tubuh. Obat bekerja melalui mekanisme sbb:
a. Interaksi obat-reseptor
Obat+Reseptor memberikan efek farmakologi, disebut agonis. Contoh: agonis reseptor kolinergik/muskarinik a.l. carbakol, arecolin, methakolin, pilokarpin. Obat+Reseptor menghalangi obat lain memberikan efek farmakologi, disebut antagonis. Contoh: antagonis reseptor kolinergik a.l. atropine, ipatropium, skopolamin.

b. Interaksi obat-enzim
Contoh: obat penghambat enzim asetil kolin esterase (ACE) sehingga memberikan efek kolinergik a.l. neostigmin, parathion.

c. Kerja non-spesifik (tanpa ikatan dengan reseptor atau enzim)
Contoh: Na-bikarbonas (merubah pH cairan tubuh), alcohol (denaturasi protein), norit (mengikat racun atau bakteri)

2. Reseptor Obat
Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak yang merupakan bagian dari sel, ribosom, atau bagian lain. Semakin banyak obat yang menduduki reseptor, berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Reseptor yang umumnya dikenal reseptor kolinergik/muskarinik, reseptor alfa-adrenergik (alfa-1 & alfa-2), reseptor beta-adrenergik (beta-1 & beta-2).

3. Transmisi Sinyal Obat
Interaksi obat dengan reseptor bisa menghasilkan efek agonis, agonis parsial, antagonis kompetitif dan antagonis non-kompetitif.

4. Interaksi Obat-Reseptor
Interaksi obat-reseptor sering dianalogikan sebagai GEMBOK-KUNCI. Obat adalah Kunci, Reseptor adalah Gembok. Kecocokan obat dengan reseptor tertentu tergantung pada struktur molekulnya.

5. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor disebut juga Kerja Non Spesifik.
B. FARMAKOLOGI DAN SISTEM IMUN

1. IMUNISASI
• Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
• Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara alamiah atau buatan.
Anti Tetanus Serum
• Nama : Tetanus antitoxins.
• Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap toksin tetanus. Plasma ini dimurnikan dan dipekatkan serta mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.
• Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU)
• Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus.
• Farmakologi : Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai
Analgetik, Antipiretik & Antihist amin
• Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
• Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
• Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
• Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik) . Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
• Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
• Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
• Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
• Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
• Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
• Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
2. ANTIHISTAMIN
• Obat yang dapat mengurangi a/ menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme p’hambatan bersaing pada sisi reseptor H1 dan H2
• Antagonis-H1 : untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
• Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung
3. HISTAMIN
• Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh ( sel mast & basofil ).
• Berperan thd berbagai proses fisiologis penting yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi seperti rhinitis, asma, urtikaria, pruritis dan anafilaksis.
Efek Histamin + reseptor H1
• Kontraksi otot polos usus & bronki, Meningkatkan permeabilitas vaskular, Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP dl sel, Vasodilatasi arteri permeabel thd cairan & plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, & urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1
• Contoh antagonis H1 : diphenhydramine, chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine
Efek Histamin + reseptor H2
• Meningkatkan kecepatan kerja jantung, Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2
• Contoh Antagonis H2: Simetidin, Ranitidin HCL, Famotidin, Roksatidin Asetat HCl
4. KORTIKOSTEROID
• Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya.
• Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek samping, oleh karena itu sebelum menggunakan kortikosteroid apalagi dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati



C. FARMAKOLOGI DAN SISTEM HEMATOLOGI
Antikoagulan
Dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu
1. Antikoagulan parenteral, contoh : Heparin
2. Antikoagulan oral, contoh : Warfarin. Antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K. Efek samping utama semua antikoagulan oral adalah pendarahan
Antiplatelet
• Antiplatelet (antitrombosit) bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet.
• Contoh : Asetosal, Dipiridamol


Fibrinolitik

• Fibrinolitik yang bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut mendegradasi fibrin dan dengan demikian memecah trombus.
• Contoh : streptokinase, urokinase, alteplase.
Hemostatik dan antifibrinolitik
• Defisiensi faktor pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
• Pendarahan spontan timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang dari 5% normal.
• Contoh obat : Asam traneksamat

Minggu, 03 Oktober 2010

Transkultural Nursing Research

Transkultural Nursing Research adalah teori berdasarkan disiplin humanistik, yang dirancang untuk melayani individu, organisasi, masyarakat, dan masyarakat. Manusia perawatan/kepedulian didefinisikan dalam konteks budaya. Budaya peduli kompeten hanya dapat terjadi ketika nilai-nilai budaya perawatan dikenal dan melayani sebagai dasar untuk perawatan yang berarti. Misi Transkultural Nursing Research adalah untuk meningkatkan kualitas budaya kongruen, kompeten, dan adil peduli bahwa hasil dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan orang di seluruh dunia. Visi Transkultural Nursing Research berusaha untuk memberikan perawat dan perawatan kesehatan profesional lainnya dengan basis pengetahuan yang diperlukan untuk memastikan kompetensi dalam praktek budaya, pendidikan, penelitian, dan administrasi.
Tujuan Transkultural Nursing
• Untuk memajukan kompetensi budaya untuk perawat di seluruh dunia
• Untuk memajukan beasiswa (pengetahuan substantif) dari disiplin
• Untuk mengembangkan strategi untuk advokasi perubahan sosial budaya yang kompeten untuk perawatan
• Untuk mempromosikan non-profit korporasi keuangan suara
Latar Belakang
Seorang perawat kesehatan adalah petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seorang perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam waktu yang lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seo-rang perawat dalam menjalankan fungsinya. Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan. Profesionalitas akan terus tumbuh dan berkembang bila seorang pera wat mempunyai kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan multidisiplin. Seorang perawat kesehatan harus mampu membuat konfigurasi berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang berbeda-beda (multikausal).
Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan yang te hirarkisnya telah dibuat oleh Maslow. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of experience (pengalaman masa lampau hidupnya) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien. Nilai-nilai budaya berifat kompleks, karena setiap manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan hidup, pengalaman hidup, tidak sama. Perkem-bangan IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang mempenga ruhi paradigma seseorang terhadap persepsi sesuatu yang dihadapinya. Realitas yang se perti itu menuntut seorang perawat yang selalu berhadapan dengan pasien harus banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam yang men jadi milik pasien harus dimengerti dan difahami , agar harapan pasien sebagai manusia dapat dipenuhi secara komprehensif dan holistik. Pelayanan perawatan akan masuk dalam katagori berkwalitas bila tindakan layanan yang dilakukan oleh seorang tanaga perawatan dilandasi pada standard keperawatan yang mampu memenuhi harapan pasien
Pengertian Transkultural
Bila kita tinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture. trans berarti alur perpindahan, jalan lintas, atau pengubung sedangkan cultural berarti budaya, transcultural dapat diartikan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Leininger (1991) , mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien / klien. Croos, T., Bazron, B., Dennis, K., and Isaacs, M (1989) memberikan acuan li-ma (5) element budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi keperawatan yakni :
1. menilai keanekaragaman budaya
2. mempunyai kapasitas untuk meng-assessment budaya
3. menjadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya
4. mempunyai pengetahuan budaya yang sudah dilembagakan
5. mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksikan dan memamahami keanekaragaman budaya.
Kelima element di atas hendaknya akan selalu diwujudkan pada setiap langkah,perilaku layanan kepada pasien/klien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat kesehatan harus mampu mewujudkan peran/fungsi seorang pe rawat mulai dari tingkat pelaksana, pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena seti ap perwujudan peran seorang perawat akan selalu berinteraksi dengan manusia/klien. Meyer CR, (1996) bahkan memberikan tuntutan empat hal yang harus di punyai seorang perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan kompetensi asuhan keperawatan yakni, 1). mempunyai kapabelitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda suku dan ras, 2). mempunyai kemampuan komunikasi dalam mengha dapi klien yang beraneka ragam latar belakang, 3). mempunyai kapabelitas dalam bidang ethics, 4). mempunyai kapebelitas menumbuhkan kepercayaan. Belajar terus menerus merupakan salam satu hal yang harus menjadi milik seorang per-wat kesehatan. Transcultural Nursing Knowledge akan menjadi milik seorang perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan bila dirinya terus dikembangkan dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus melakukan evaluasi pada setiap intervensi pada klien / pasien. Hal yang harus diingat bahwa trasncultural akan selalu terjadi pada setiap intervention nursing dan sifatnya dinamis.
Lintas Budaya dalam Perawatan dan Pendidikan Tenaga Perawatan
Selama tiga dekade terakhir, tenaga keperawatan harus mengembangkan, meningkatkan pengetahuan / ilmunya, karena tuntutan klien dari hari kehari semakin kompleks, profesionalitas tenaga perawatan terus menerus harus ditingkatkan kwalitas-nya bila profesi keperawatan mengharapkan tidak ditinggal atau diabaikan oleh masyara-kat dan atau oleh profesi kesehatan lain. Era global tidak pernah akan dapat dihindari oleh siapapun termasuk profesi kepe rawatan. Pertukaran informasi begitu cepat, sarana transportasi semakin mobil, kemajuan iptek terus melaju, ini semua akan sangat mempercepat transcultural process dalam setiap profesi, termasuk profesi perawat. Pendidikan tenaga perawatan mau tidak mau, senang maupun tidak senang harus membekali peserta didiknya tentang asuhan keperawatan yang adekuat dengan nilai-nilai kultur yang menjadi milik klien / pasien, selain management keperawatan yang harus men jadi acuan dalam setiap intervensi. Pada dewasa ini (era global), nilai-nilai kultural menjadi suatu yang urgent.dalam setiap tindakan perawatan. Tantangan yang signifikan bagi profesi keperawatan pada abad duapuluh satu, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Ryan dan kawan-kawan di Amerika Serikat tentang transcultural nursing menghasilkan rekomendasi :
1. Tenaga perawatan harus mengerti, memahami transcultural nursing
2. Transcultural nursing sebagai kesatuan integral dalam setiap intervensi, setiap tenaga paramedis diharapkan mempunyai kompetensi.
3. Setiap lembaga pendidikan tenaga paramedis hendaknya memberikan kompe tensi transcultural nursing kepada mahasiswa/i,
4. Pengetahuan dan Penelitian tentang transcultural nursing terus menerus dilakukan dalam praktik/pelayanan.
5. Di lahan praktik / pelayanan perlu adanya pendamping yang mengerti dan mengerti transcultural nursing.\
Leininger dan McFarland, mengatakan bahwa pada tahun 2015, semua tenaga parmedis (perawat) sudah siap secara adekuat pada setiap tindakan keperawatan antara pengetahuan / konsep keperawatan dengan nilai-nilai lintas budaya pada setiap pasien/klien yang dilayaninya, karena tantangan lintas nilai-nilai budaya pada milenium ketiga akan sangat berpengaruhi terhadap keberhasilan, kwalitas pelayanan/intervensi kepada pasien/klien.

Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis

Pendahuluan
Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.
Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).
Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis.

Ketrampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif
Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.
Bloom mengelompokkan ketrampilan intelektual dari ketrampilan yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan ketrampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen ketrampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).
Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.

Strategi pembelajaran berpikir kritis
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara belajarnya secara mandiri.
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004).

Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:
1. Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.
2. Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.
Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.

Evaluasi kemampuan berpikir kritis
Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom1,3. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap.
Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi ketrampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk mengevaluasi sikap berpikir kritis2.
Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.

Kesimpulan
Strategi pengajaran yang mendorong mahasiswa berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran dapat menggunakan berbagai strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan di bawah ini:
• Pembelajaran Aktif
• Pembelajaran Kolaboratif
• Pembelajaran Kontekstual
• Menggunakan pendekatan higher order thinking
• Self directed learning
Kombinasi dari berbagai strategi di lebih dianjurkan oleh karena dapat mencapai berbagai aspek dari komponen berpikir kritis. Teknologi pengajaran yang menerapkan kombinasi dari berbagai strategi yang ada saat ini misalnya Problem Based Learning (PBL). Fakultas Kedokteran perlu mengembangkan strategi pengajaran tersebut dalam pengajaran agar mahasiswa dapat belajar materi kedokteran melalui proses berpikir kritis. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi makna yang lebih dalam (bukan sekedar mendapat materi yang dalam) dari materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap makna pokok bahasan yang dipelajari mempunyai hubungan dengan kemampuan clinical reasoning sebagai kompetensi seorang dokter.

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

A. Definisi
Standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus dilakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Otonomi dalam pekerjaan
• Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
• Pengambilan keputusan yang mandiri
• Kolaborasi dengan disiplin lain
• Pemberian pembelaan
• Memfasilitasi kepentingan pasien



B. Klasifikasi
1. Perawat dan Pelaksana Praktek Keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standart praktek keperwatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standart pendidikan Keperawatan. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart profesi keperawatan.
2. Nilai-nilai Pribadi dan Praktek Profesional
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai pribadi yang memiliki perawat dengan pelakasana praktek yang dilakukan sehari-hariselain itu pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan tertentu , dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.
C. Standar Praktek Keperawatan
Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlah standar praktek keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktek sangat penting sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat memberikan perawatan dan sebagai kriteria untuk melakukan evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien dapat diyakinkan bahwa mereka mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat mengetahui secara pasti apakah yang penting dalam pemberian askep dan staf administrasi dapat menentukan apakah asuhan yang diberikan memenuhi standar yang berlaku.



D. Standar Praktek Keperwatan Klinis ( ANA,1991)
Standar I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien. Pengkajian ini darus lengkap, sistematis dan berkelanjutan.
Kriteria pengukuran :
1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .
3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan..
4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.
5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.
Standar II :Diagnosa
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.
Kriteria pengukuran :
1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.
2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila memungkinkan.
3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.

Standar III : Identifikasi hasil
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.
Kriteria pengukuran :
1. Hasil diambil dari diagnosa.
2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.
3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan potensial.
5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.
6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.
7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.
Standar IV : Perencanaan
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria pengukuran :
1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.
2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang
4. Rencana tersebut didokumentasikan.
5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.
Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.
Kriteria pengukuran :
1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.
2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.
3. Intervensi didokumentasikan
Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.
Kriteria pengukuran :
1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.
2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.
4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,
5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.
6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi



E. Manfaat Standar Praktek Keperawatan
a) Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedbeck untuk perbaikan.
b) Administrasi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.
c) Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
d) Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas askep.
e) Sistem Pelayanan Kesehatan
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.





F. Tujuan Standar Praktek Keperawatan
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
a. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
b. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.
c.Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan.
d. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
e. Tenaga kesehatan lain
Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

G. Penerapan Standar Praktek Keperawatan
Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan pendekatan secara umum dan khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut :
• Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan ( semua level keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar ini terdiri dari : filosofi, tujuan, tata kerja organisasi, fasilitas dan kualifikasi perawat.
• Standar proses : berorientasi pada perawat, khususnya ; metode, prinsip dan strategi yang digunakan perawat dalam asuhan keperawatan. Standar proses berhubungan dengan semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
• Standar hasil : berorientasi pada perubahan status kesehatan klien, berupa uraian kondisi klien yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai hasil tindakan keperawatan.
Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek keperawatan sesuai dengan aspek yang diinginkan antara lain :
1. Aspek Asuhan keperawatan, dapat dipilih topik atau masalah keperawatan klien yang sering ditemukan, misalnya standar asuhan keperawatan klien anteatal, intranatal dan postnatal.
2. Aspek pendidikan dapat dipilih paket penyuluhan/pendidikan kesehatan yang paling dibutuhkan, misalnya penyuluhan tentang perawatan payudara.
3. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur, masalah kesehatan tertentu misalnya; kelompok menopouse.
Dalam penerapan standar prktek keperawatan dapt dimodifikasi keduanya dalam pelayanan asuhan keperawatan. Contoh : pelaksanaan standar asuhan keperawatan pada klien postnatal, perawat dapat mengunakan standar proses (metode, prinsip dan strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
H. Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan
Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:
1) Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.
2) Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
I. Hubungan Standar dan Legislasi
Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauan Standar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.
J. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Praktek Keperawatan
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim penyusun), menentukan filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar dengan teori keperawatan, menentukan topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9)
Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara otomatis dilakukan oleh tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut : merumuskan filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan topik dan format standar (Sahar,J, 1996)
Adapun langkah-langkah penyusunan standar menurut Dewi Irawaty,1996 adalah
1. Menetukan komite (tim khusus)
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, untuk itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim penyusun terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan.
2. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.
Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan interpersonal, agama, pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini oleh profesi.

3. Menghubungkan standar dan teori keperawatan.
Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar, mengarahkan dan menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan dapat digunakan untuk menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah dipilih sebelumnya. Ada beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care).
Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien untuk dapat melakukan perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan yang dimiliki klien. Berdasarkan teori tersebut maka dapat digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan standar praktek keperawatan.
4. Menentukan topik dan format standar
Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek penyusunan standar misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu menggunakan pendekatan meliputi standar struktur, standar proses dan standar hasil.
Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek keperawatan yang digunakan adalah pendekatan standar proses maka format standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil, perencanan, implementasi dan evaluasi.
Karena standar merupakan pendekatan sistematis yang terencana dalam praktek keperawatan maka diharapkan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien juga termasuk pendekatan diri klien dan keluarganya.

Referensi
http://www.inna-ppni.or.id
Ali, Zainidin, H. 2001.Dasar-dasar Keperawatan Profesional.jakarta: Widya Medika
Doenges, Marilyn e.1998.Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan: Alih bahasa, I Made Kariasa: editor, Setiawan.Jakarta: EGC
Ismani, Nila, HJ.2001.Etika Keperawatan.Jakarta:Widya Medika

PROSES KEPERAWATAN

A. Pendahuluan

Proses keperawatan
Perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai rnasalah kesehatan. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan. Pelayanan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

B. Pengertian

Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan, diantaranya adalah:
Wolf Dan Weitzel
Proses keperawatan adalah serangkaian perhuatan atau tindakan untuk menentapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, sating berkaitan dan dinamis.
Ann Marriner
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasicn, merencanakan secara sistimatis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Malinda Murray
Proses keperawatan adalah metoda kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi basil tindakan yang telah
dilaksanakan.
Yura
Proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan, dilakukan secara sistematik untuk menentukan masalah pasien, memhuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya.
Herber
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatik untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan pasien/klien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan intervensi dan mengevaluasi mutu dan basil asuhan yang dilakukan terhadap pasien/klien.

Dan kelima defenisi/pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses keperawatan adalah:
1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ketahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah.
4. Terdiri dari 4 tahap yaitu: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

C. Tujuan
1. Untuk mempraktekan metoda pemecahan masalah (Problem solving) dalam praktek keperawatan.
2. Menggunakan standar untuk praktek keperawatan.
3. Untuk memperoleh metode yang Baku, sesuai dan rasional serta sistimatis.
4. Memperoleh metode dalam mcmberikan asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam segala situasi.
5. Agar memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas yang tinggi.

Fungsi
Proses keperawatan bcrfungsi sebagai berikut:
1. Sebagai kerangka berfikir untuk fungsi dan tanggung jawab kcperawatan dalam ruang Iingkup yang sangat luas.
2. Sebagai alat untuk mengenal masalah pasien/klien, merencanakan secara sistematis, melaksanakan rencana dan menilai hasil.

Dalam melaksanakan proses keperawatan scorang perawat harus mcmikili beberapa kemampuan antara lain:
1. Kecakapan intelektual
Yang memungkinkan perawat mampu dalam membuat keputusan dan berfikir secara kritis di dalam memccahkan masalah pasien.
1. Keterampilan dalam berhuhungan antar manusia
Untuk memudahkan perawat dalam mengadakan hubungan baik dengan pasien (individu, keluarga dan masyarakat) maupun anggota team kesehatan lainnya. Di sini dituntut kemampuan komunikasi.
1. Kemampuan teknis keperawatan
Merupakan kunci keberhasilan dalam memherikan asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian masalah, menyusun rencana perawatan, mclaksanakan tindakan dan prosedur keperawatan secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial, spiritual dan mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
Sifat
Proses keperawatan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Dinamis
Bahwa proses keperawatan dapat dirubah sesuai dengan situasi, kondisi serta kebutuhan pasien sebagai manusia yang uni k.
2. Siklus
Proses keperawatan berjalan secara siklus, artinya bahwa tahap pertama selalu mendahului tahap kedua, tahap kedua ditindak lanjuti dengan tahap ke tiga kemudian dilanjutkan dengan tahap ke empat. Bila dalam evaluasi belum mencapai tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan, maka kembali kepada tahap pertama, kemudian tahap kedua, ketiga dan seterusnya.
3. Interdependen
Bahwa proses kcperawatan sating ketergantungan antara tahap-tahap dalam proses kcperawatan.
4. Fleksibel
Bahwa proses perawatan mcmpunyai sifat yang luwes, tidak kaku, karena tingkah laku, kondisi fisik, mental, emosional dapat berubah sesuai situasi dan kondisi.
D. Proses Keperawatan Sebagai Sistem
Pendekatan yang digunakan dalam proses keperawatan adalah Pendekatan Sistem. Pendekatan dalam proses keperawatan mcrupakan suatu pendekatan dalam melakasanakan pelayanan keperawatan, artinya dalam dalam membcrikan pelayanan keperawatan terdiri atas beherapa kegiatan, dimana kegiatan yang pertama dengan yang lain sating berkaitan.
Pendekatan sistem dalam pelaksanaan asuhan keperawatan mcmpunyai komponen antara lain:
— Pasien
— Perawat
— Komponen proses keperawatan (yang saling berkaitan dan terintegrasi dalam mencapai hasil asuhan keperawatan.)
Proses keperawatan meliputi masukan (kegiatan pengkajian masalah kesehatan dan perawatan pasien); pengelolaan (pengelolasan kcempat langkah dalam proses keperawatan, setiap langkah diperbarui hila situasi berubah, dinamis); hasil (analisa data sebagai hasil pengumpulan data, diagnosa keperawatan sebagai hasil analisa data, tindakan kcperawatan sebagai hasil rencana keperawatan yang telah dilaksanakan); umpan halik (adalah umpan batik terhadap proses keseluruhan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien). Digarnbarkan sebagai berikut:
Keempat proses di atas dilaksanakan oleh perawat dengan partisipasi pasien atau keterlibatan pasien sepenuhnya untuk kepentingan pasien sendiri dalam mcmenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatannya yang merupakan faktor penting dalam peningkatan kesehatan pasien.
Pendekatan
Pendekatan pemecahan masalah
Pada dasarnya proses keperawatan merupakan pendekatan pemecahan masalah guna memelihara kesehatan pasien untuk meningkatkan kesehatan, pemenuhan kebutuhan dalam kcadaan sakit serta meningkatkan status keschatannya.
Pendekatan pemecahan masalah artinya hahwa setiap masalah keperawatan dan kesehatan yang dihadapi pasien akan dapat di atasi melalui intervensi (tindakan keperawatan) dengan menggunakan tahap-tahap proses keperawatan.
Sebagai contoh seorang pasien dengan masalah peningkatan suhu tuhuh dapat dibantu oleh perawat mclalui tindakan kompres dingin di dahi, pasien dengan masalah defekasi (kesulitan huang air besar, BAB) diatasi dengan huknah atau gliserin, gangguan dalam mikturisi dibantu dengan pemasangan kateter urinal (setalah kolaborasi dengan dokter), sesak napas dibantu dengan pemherian oksigen.
Pendekatan perilaku
Adalah pendekatan yang dipakai dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspck perilaku manusia, karena penyakit dan masalah keperawatanikeschatan pasien lcbih banyak disebabkan oleh
perilaku pasien itu sendiri. Seperti kehiasaan merokok, kurang memperhatikan atau merawat diri sendiri, tidak memperhatikan kebersihan lingkungan, kurang memperhatikan kebutuhan gizi, pekerjaan-pekerjaan yang dapat merugikan kesehatan yang tidak memakai pelindung dan sehagainya. Tujuan dari pendekatan perilaku ini adalah bagaimana perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan untuk mcruhah perilaku pasien ke arah perilaku sehat.
Sasaran
Sasaran dalam proses keperawatan adalah: individu, keluarga, dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kehutuhan hidup seharihari baik kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Tetapi dapat juga terjadi karena kurangnya pengetahuan dan faktor ketidaktahuan pasien tentang perawatan diri atau karena kclemahan fisik, mental dan sosial.

Dalam pelaksanaan proses keperawatan ada heherapa kotnponen yang terlibat berkaitan dengan proses pcnyemhuhan pasien, diantaranya adalah:
1. Klian/Pasien (individu, keluarga dan masyaralat), yang menjadi objck keperawatan.
2. Provider (pemberi pelayanan keperawatan) di sini adalah perawat dart herhagai jenjang/tingkat pendidikan.
3. Anggota tim kesehatan lainnya seperti dokter, analis, ahli ahli gizi dan sebagainya yang bekerja secara tim dengan anggota perawatan untuk penyembuhan pasien.

LUKA BAKAR

Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).


Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal:
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radiasi
3. Listrik
4. Kimia
5. Laser
Bahan kimia chemicals yang dapat menyebabkan luka bakar adalah Asam kuat atau basa kuat acids atau bases.[1] Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti [sodium hidroksida]], silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat).[2] Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan.[3]
[sunting] Derajat Luka Bakar
Klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis adalah jenis "Superficial Thickness", "Partial Thickness" dan "Full Thickness" dimana pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan apakah pada epidermis, dermis ataukah lapisan subcutaneous dari kulit. Pengklasifikasian luka tersebut digunakan untuk panduan pengobatan dan memprediksi prognosis 'Tael 1. Deskripsi dari klasifikasi luka bakar .
Klasifikasi baru klasifikasi tradisional kedalaman luka bakar bentuk klinis
Superficial thickness Derajat 1 Lapisan Epidermis Erythema( kemerahan ), Rasa sakit seperti tersengat, blisters( Gelembung cairan )
Partial thickness — superficial Derajat 2 Epidermis Superficial (Lapisan papillary) dermis
Blisters ( Gelembung cairan ), Cairan bening ketika gelembung dipecah, dan rasa sakit nyeri
Partial thickness — deep Deep (reticular) dermis Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2. sulit dibedakan dari full thickness
Full thickness Derajat 3 atau 4 Dermis dan struktuir tubuh dibawah dermis Fascia, Tulang, or Otot
Berat, adanya eschar seperti kulit yang melelh, cairan berwarna , tidak didapatkan sensasi rasa sakit
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Total body surface area
Luka bakar juga harus diklasifikasikan sesuai dengan TBSA ( total body surface area ), dengan mempertimbangkan daerah dengan luka bakar jenis partial thickness atau full thickness (Luka bakar jenis superficial thickness tidak banyak digunakan).
Luas Luka Bakar
Dalam dunia kedokteran perkiraan luas luka bakar yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan metoda rule of Nine dari wallace dengan membagi tubuh seseorang yang terkena luka bakar menjadi beberapa area.
Manajemen
Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
Hospital
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
1. Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
2. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam berikutnya
Referensi
1. ^ Chemical Burn Causes emedicine Health Accessed February 24, 2008
2. ^ Chemical Burn Causes eMedicine Accessed February 24, 2008
3. ^ Hydrofluoric Acid Burns emedicine Accessed February 24, 2008

TIPE DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Aktual
Menggambarkan peniliaian klinis karena masalah sudah timbul.
Label yang digunakan :
Gangguan, Perubahan, Kerusakan, Tidak efektif, Kekurangan, Kelebihan, Penurunan, Disfungsi, Peningkatan, Distress, Ketidakseimbangan dan lain-lain
2. Risiko
Menggambarkan penilaian klinis dimana individu/kelompok lebih rentan untuk mengalami masalah dibandingkan dengan orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
Label yang digunakan : Risiko, Risiko tinggi, Risiko terhadap
3. Kemungkinan
Adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan.
Label yang digunakan :
Kemungkinan
4. Sejahtera/sehat
Adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan/kesehatan yang lebih tinggi/optimal.
Label yang digunakan : Potensial
5. Sindrom
Adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan ada karena situasi/peristiwa tertentu.
Label yang digunakan :
Sindrom

Perbedaan
PERBEDAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DGN DIAGNOSA MEDIK
DIAGNOSA KEERAWATAN
1. MENGURAIKAN RESPON INDIVIDU TERHADAP PROSES PENYAKIT. KONDISI ATAU SITUASI
2. BERORIENTASI PADA INDIVIDU, keluarga dan masyarakat
3. BERUBAH JIKA RESPON BERUBAH
4. SEBAGAI PETUNJUK / PEDOMAN KEGIATAN KEPERAWATAN MANDIRI
DIAGNOSA MEDIK
1. MENGURAIKAN PROSES PENYAKIT SPESIFIK
2. BERORIENTASI PADA PATOLOGI dan individu secara totalis.
3. RELATIF KONSTAN
4. SEBAGAI PEDOMAN PENGELOLAAN MEDIS / BEBERAPA KOLABORASI PERAWAT.

MASALAH KOLABORATIF
Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi akibat komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi (PK).