SELAMAT DATANG DI LIFE STYLE.com

Selasa, 28 Desember 2010

SKIN TEST

Defenisi

Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik. Dalam melakukan skintest ini alangkah baiknya petugas kesehatan mengerti tentang skintest. Petugas kesehatan jangan lupa memperhatikan keselamatan dalam bertindak. Dan di bawah ini ada langkah-langkah dalam melakukan skintest.

A. PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya

ii. Obat-obatan yang diperlukan

iii. Kapas alkohol dalam tempatnya

iv. Gergaji ampul

v. NaCl 0,9 % /aquadest

vi. Bengkok, ball point/ spidol

b. Persiapan Klien

i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

B. PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu

3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc

4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat

5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit

6. Beri tanda pada area suntikan

7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas

8. Perawat cuci tangan

Selasa, 21 Desember 2010

TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK KANKER



Pengobatan alternatif terkadang bisa diandalkan untuk beberapa jenis penyakit. Bahkan kerap orang yang sudah frustasi menjalani pengobatan medis kedokteran akan pulih dengan pengobatan jenis ini. Namun tidak selalu. Kasus penyakit kanker misalnya, seringkali menjadi fatal akibat adanya kesalahan diagnosis.
”Pernah ada pasien yang datang pada saya setelah menjalani pengobatan alternatif. Ternyata dia sama sekali tidak menderita kanker, melainkan diabetes,” ujar Dr. Atikah Pardiana, spesialis kanker dari Bagian Kanker Rumah Sakit Mitra Jakarta saat dihubungi SH, Kamis (9/10).
Kesalahan diagnosis oleh para ahli pengobatan alternatif seperti ini bisa berakibat fatal bagi pasien kanker. Sebab seperti kita tahu, penyakit kanker sangat cepat menyebar ke bagian tubuh lain. Maka itu Atikah memperingatkan agar penderita penyakit ini berhati-hati untuk memilih terapi alternatif. ”Walau akhirnya memang ingin berobat secara alternatif atau tradisional, pasien sebaiknya tetap melakukan diagnosis awal ke dokter lebih dulu untuk memastikan jenis penyakitnya secara tepat. Sebab tanpa diagnosis yang pas maka bisa-bisa terjadi kesalahan teknik pengobatan,” lanjut Atikah yang beberapa kali menerima pasien dalam stadium akhir kanker akibat keterlambatan pemeriksaan.
Selama ini pengobatan kanker alternatif yang dianggap paling aman dari segi medis adalah jenis herbal, yakni dengan menggunakan tumbuhan tertentu. Biasanya obat tradisional seperti ini berasal dari tanaman yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.
Pengobatan sejenis adalah apa yang disebut naturopatik, yakni memanfaatkan tetumbuhan yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa kuat terhadap serangan penyakit tertentu seperti kanker. Bukan berarti obat tradisional macam ini bebas dari efek samping. Namun sejauh ini efek sampingnya memang tidak terlalu besar dan setiap obat memiliki sistem penetralisasi dalam tubuh peminumnya.
Jenuh
Kanker dikenal sebagai kumpulan sel yang tumbuh secara abnormal dan merusak sel-sel lain di dalam tubuh. Nama lain untuk kanker adalah neoplasia atau tumor ganas. Arti tumor sendiri adalah benjolan. Setiap benjolan, baik jinak maupun ganas, normal maupun abnormal, bisa dikatakan kanker.
Metode pengobatan kanker yang sekarang disebut standar baku adalah dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Secara umum, kanker stadium dini bisa disembuhkan dengan cara standar tersebut, sedangkan kanker stadium lanjut sudah tak dapat dioperasi lagi. Biasanya pasien hanya bisa mengandalkan kemoterapi dan radioterapi.
Tapi seringkali para penderita kanker menolak bila harus menjalani operasi, apalagi bila harus melaksanakan kemoterapi atau radioterapi terlebih dahulu. Kebanyakan dari pasien menolak karena sering terasa mual, mau muntah dan kerontokan pada rambut.
Apabila tidak menemui kemajuan berarti dalam berbagai terapi yang dijalani. Biasanya saat itu mereka berpenyakit kanker menemui juga titik jenuh dalam pengobatan. Banyak dokter sekarang memperkenalkan terapi alami yang dapat menunjang (komplementer) dari terapi standar. Kerap kali hasil yang didapat tidak hanya mengurangi efek samping dari terapi standar, tapi juga memulihkan kondisi fisik pasien. Dan akhirnya banyak dari golongan ini memilih terapi alternatif sebagai satu harapan besar di tengah makin merapuhnya badai kepercayaan dalam diri mereka.

Jarum Platina


Salah satu tipe pengobatan alternatif yang sekarang banyak dilakukan adalah dengan melakukan tusuk jarum atau akupunktur. Teknik pemeriksaannya terkesan sederhana, yaitu pasien diminta tidur telungkup. Kemudian titik-titik sensitif di belakang paha ditempel dengan dua buah logam yang tersambung dengan komputer.
Penilaian dari adanya indikasi tumor yang terlihat di layar monitor dengan kode huruf A, B, dan C. Kriteria penilaiannya adalah setiap nilai kurang atau di bawah 0,50 dan rasio nilai A dan B setingkat adalah di bawah enam, menandakan dalam keadaan normal.
Bila lebih dari nilai di atas, menunjukkan hiperaktivitas (abnormal). Bila diketahui adanya tumor akan dilakukan tindakan lanjutan. Terapi kemudian dilanjutkan dengan memasang alat EChT. Perbedaan dengan jalan standar baku adalah bila dengan jalan operasi, tumor akan dipotong, dengan EChT, tumor akan ditusuk dengan jarum platina yang dialiri listrik. Tusukan EChT akan menimbulkan reaksi kimia di dalam tubuh, dengan begitu memungkinkan tumor mati.
EChT diibaratkan seperti sedang melakukan charge aki. Bila tumor di badan kita ditusuk jarum platinum yang diberi aliran listrik searah, akan terurai dengan larutan garam elektrolit yang terkandung di dalam setiap tubuh manusia. Uraian itu akan keluar berupa gas berwarna kuning melalui ujung jarum. Dengan keluarnya gas itu, maka jaringan tumor di dalam tubuh mati.
Banyaknya jarum tergantung pada besarnya tumor karena efektivitas EChT hanya sebesar 1,5 cm. Jadi semakin lebar tumor, semakin banyak jarum yang ditusukkan. Dan bekas luka pada tumornya akan diserap tubuh sendiri.

Lendir Katak


Lain lagi cara pengobatan yang dilakukan Dr. Willie. Ia menggunakan lendir katak sebagai core material pengobatan alternatifnya untuk penyakit kanker. Dengan media infus, terapi ini bersifat seperti kemoterapi, tetapi tidak sepanas kemoterapi pada umumnya karena ramuannya mengandung cinobufacini (lendir katak) atau kanglaite (biji jali) maupun ginseng merah, yang dapat menguatkan badan.
Infus produksi Cina ini harus dipakai pasien sebanyak 20 kali. Terapi akupunturnya sendiri berbarengan dengan pemakaian infus ini.
Selain dengan terapi di atas pria ini juga memberikan obat-obatan asal Jerman, seperti ekstrak benalu apel. Secara berkala Dr. Willie akan mengevaluasi kondisi pasien dengan meminta hasil laboratorium atau dengan pemeriksaan ulang dengan alat HX Tumor Prober.

Keladi Tikus


Keladi tikus memperbaiki sistem pertahanan tubuh sehingga sistem pertahanan mampu menghancurkan sel-sel kanker, menghambat pertumbuhan sel kanker termasuk melawan duplikasi sel ganas, mereduksi radikal bebas penyebab kanker, dan menghambat akibat buruk dari kemoterapi (rambut rontok, mual dsb).
Saran: Konsumsi – Minum Keladi Tikus Segar (Jus Keladi Tikus) telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan semua produk hasil olahannya (extrak maupun plus). Untuk itu usahakan Anda membuat Jus Keladi Tikus sendiri. Karena lebih manjur dan tidak perlu mengeluarkan biaya (sebenarnya mudah didapatkan di banyak tempat yang tumbuh liar). Minumlah kapsul keladi tikus hanya bila tidak sempat membuat jus-nya saja. Selain itu keladi tikus tidak bisa dibuat jamu godog karena efektifitasnya akan turun drastic (hilang). Anda juga bisa budidaya sendiri dengan mudah

LEUKIMIA

LEUKIMIA
1.Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002
: 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.Radiasi
c.Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal.
177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang
memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi),
juga lebih peka terhadap leukemia.
3.Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
4.Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi
remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima
puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi
berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
5.Patofisiologi
a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,
nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
6.Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7.Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada
anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan
rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai
agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai
3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan
organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah
prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik
akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat
pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan
berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah
kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-
langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
InfiltrasiSel normal digantikan dengan
Sel kanker
3.Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L,
2004 :331)

Senin, 20 Desember 2010

DARAH

ALL ABOUT
BLOOD (DARAH)

KOMPONEN DARAH:
A. SEL DARAH:
1. Sel darah merah [Eritrosit]
2. Sel darah putih [Leukosit]
3. Keping Darah [Trombosit]

B. PLASMA DARAH
1. Pengangkut zat makanan, O2, CO2, , hormon, zat metabolisme, dan air ke seluruh bagian tubuh.
2. Benteng pertahanan tubuh dari infeksi berbagai kuman penyakit.
3. Stabilitator suhu tubuh

PLASMA DARAH

 KOMPONEN:
• 90% air, 8% protein:

a) Albumin : untuk mengikat zat seperti bilirubin, garam empedu, dan penicilin untuk transport dan menentukan tekanan osmotik koloid
b) Fibrinogen : faktor kunci dalam proses pembekuan darah
c) Globulin : globulin alpha dan beta mengangkut zat sepeti hormon kolesterol dan besi, pengaktif protein prekursor inaktif, globulin gama untuk imunoglobin (antibodi)

• 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen, serta bahan organik seperti lemak, kolesterol, urea, asam amino, dan glukosa.

 Fungsi Plasma Darah:
a) Pelarut
b) Pengangkutan Zat-zat dalam tubuh
 Serum :
Bagian plasma darah tanpa fibrinogen
 Antibodi
Pertahanan dari kuman penyakit

SEL DARAH MERAH [ERITROSIT]

a) Tak berinti sel,Bikonkaf
b) Usia: 3-4 bulan
c) Hemoglobin [Heme + Globin]:
1. Oksihemoglobin [HbO2]
2. Deoksihemoglobin [HbCO2]
d) Dibentuk di: Hati dan Limpa [pada saat bayi]

SEL DARAH PUTIH [LEUKOSIT]

a) Bentuknya tak tetap
b) Amoeboid, diapedesis, fagositosis
c) Usia: ± 2 minggu
d) Dibentuk di: sum-sum merah, limpa, dan kelenjar limfa.
e) 4000-8000 per mm3
f) Komponen:
1. Granulosit:
a. Eosinofil
b. Basofil [mengandung: heparin&histamin], dan
c. Neutrofil
2. Agranulosit:
a. Monosit
b. Limfosit



KEPING DARAH [TROMBOSIT/PLATELETS]

a) Ciri umum:
1. Ukuran: 2-4 mikron
2. tanpa nucleus
3. berupa fragmen kecil
4. dilengkapi organel dan
5. sistem enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan
6. mensintesis produk sekretori
b) 200.000-300.000 per mm
c) Fungsi: pembekuan darah




Perbandingan Antara Sel Darah Merah [Eritrosit], sel darah putih [leukosit], keping darah [trombosit]

No Faktor
pembeda

Sel darah merah Sel darah putih Keeping darah
1 Tempat produksi Sumsum tulang Sumsum tulang & buku limfa Sumsum tulang
2 Bentuk Cakram bikonkaf Tidak beraturan Fragmen kecil
3 Struktur Tanpa nucleus mengandung hemoglobin Mempunyai nukleus Tanpa nucleus
4 Fungsi Mengikat oksigen dan karbondioksida Pertahanan tubuh Pembekuan darah

HIPERSENSITIVITAS

HIPESENSITIVITAS
DEFINISI

Hipersentivitas yaitu reaksi imun patologik,terjadi akibat repon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar dari banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu setiap sistem organ yang penting. Perubahan karakteristik pada reaktan imun yang memberikan kunci diagnosa yang penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat atau peristiwa yang paralel. Gangguan pada proses pengawasan ini dapat menyebabkan reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak semestinya. Kebanyakan penyakit terjadi bila mekanisme hipersentivitas tipe cepat dan lambat yang normal bersifat melindungi terganggu atau gagal berkembang biak secara normal.

TIPE HIPERSESITIVITAS
Seperti yang telah disebutkan diatas reaksi hipersentivitas dibagi dalam dua golongan berdasarkan kecepatan timbulnya reaksi yaitu
1. Tipe cepat (immediate type, antibody-mediated)
Pada tipe ini respon muncul sekitar dua puluh menit setelah terkena alergi.
2. Tipe lambat (delayed type,cell-mediated)
Pada tipe ini respon muncul satu hari atau lebih setelah terkena alergi.
Adanya perbedaan waktu disebabkan perbedaan mediator yang telibat. Jika reaksi hipersensitivitas tipe cepat melibatkan sel B, reaksi hipersitivitas tipe lambat melibatkan sel T. Selain itu jenis reaksi hipersentivitas dibedakan menjadi 4 jenis reaksi dan kemudian ditambah 1 jenis lagi reaksi yang lain. Reaksi tipe I,II,III dan V didasarkan reaksi antara antigen dan antibody humoral dan digolongkan dalam jenis reaksi tipe cepat, meskipun kecepatan timbulnya reaksi mungkin berbeda. Reaksi IV mengikutsertakan reseptor dan permukaan sel limfosit (cell mediated) dan karena reaksinya lambat disebut tipe lambat (delayed type). Kelima jenis reaksi tersebut adalah tipe I Anafilaksis, tipe II cytotoxic, tipe III complex-mediated, tipe cell-mediated (delayed type), tipe V stimulatory hypersensitivity. Selanjtunya akan dibahas tentang spesifikasi konsep penyakit Anafilaksis.
SPESIFIKASI ANAFILAKSIS
DEFINISI
Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai efek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut. Selain itu dikenal pula istilah reaksi anafilaktoid yang secara klinis sama dengan anafilaksis, akan tetapi tidak disebabkan oleh interaksi antara antigen dan antibodi. Reaksi anafilaktoid disebabkan oleh zat yang bekerja langsung pada sel mast dan basofil sehingga menyebabkan terlepasnya mediator.
ETIOLOGI
Penyebab anafilaksis sangat beragam, diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda, zat diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim, hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, terasiklin, streptomisin, sulfonamid, dan lain-lain. Ekstrak alergen biasanya berupa rumput-rumputan atau jamur, atau serum ATS, ADS dan anti bisa ular. Beberapa bahan yang sering dipergunakan untuk prosedur diagnosis dan dapat menimbulkan anafilaksis misalnya adalah zat radioopak, bromsulfalein, benzilpenisiloil-polilisin. Demikian pula dengan anestetikum lokal seperti prokain atau lidokain. Bisa yang dapat menimbulkan anafilasik misalnya bisa ular, semut, dan sengatan lebah. Darah lengkap atau produk darah seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat pula menyebabkan anafilaksis. Makanan yang telah dikenal sebagai penyebab anafilaksis seperti misalnya susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur dan udang.




PATOFISIOLOGI
Anafilaksis terjadi sebagai akibat dari interaksi antigen-antibodi ( golongan IgE ).IgE ini melekat pada permukaan sel basofil dan mastosit. Setelah kontak dengan alergen, basofil dan mastosit mengeluarkan mediator : histamin, SRS-A, kinin, ECF-A. Mediator-mediator ini memberi efek farmakologis : mengaktivasi mediator-mediator lain dan refleks-refleks sehingga terjadi gambaran klinis anafilaksis.Alergen dapat masuk tubuh melalui hirupan, suntikan, per oral, maupun inokulasi.Alergen dapat berupa :
a.Bahan-bahan untuk pengobatan :
1.Antibiotika ( Penicillin )
2.Zat putih telur asing( insulin, ACTH, serum heterolog, ATS, ADS, SABU).
3.Ekstrak alergen ( untuk uji kulit dan imunoterapi ).
4. Darah dan komponen-komponennya.
5. Cairan ( Dekstran )
6. Dan lain-lain.
b. Makanan, misalnya buah-buahan, susu, telur, ikan, kacang.
c. Bahan-bahan untuk diagnostik ( media kontras ).
d. Sengatan/gigitan serangga ( lebah ).
e. Dan lain-lain
KOMPLIKASI
1. Obstruksi jalan napas bagian atas ( sembab larynx )–> Pasang pipa endotracheal atau tracheostomi.
2. Obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) –>Beri : Aminofilin, Hidrokortison, Terbutalin atau pasang ventilator.
3. Renjatan berkepanjangan :
4. Beri cairan intravena NaCl 0,9% atau koloid.
5. Kadang-kadang perlu diberi Adrenalin intravena dengan dosis 1 ml larutan 1 : 10.000 dengan sangat hati-hati. Cara membuat larutan : 1 ml larutan 1 : 1000 dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%.
6. Kadang-kadang perlu diberi obaobat vasopresor, seperti Norepinephrin, Metaraminol, dan Dopamin.
7. Bila renjatan belum membaik, ukur CVP.
8. Bila tekanan <> 12 mm Hg, beri Isoproterenol.
9. Pemantauan ECG.
10. Jantung berhenti :
• Lakukan pijat jantung.
• Beri napas buatan.
• Beri NaBic.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dapat menolong untuk membedakan kasus yang luar biasa atau menilai penatalaksanaan yang sedang dikerjakan. Pemeriksaan darah lengkap dapat menemukan hematokrit yang meningkat akibat hemokonsentrasi. Bila terjadi kerusakan miokard maka pada pemeriksaan kimia darah dapat ditemukan peninggian enzim SGOT, CPK (fosfokinase kreatin) dan LDH (dehidrogenase laktat).
Foto toraks mungkin memperlihatkan emfisema (hiperinflasi) dengan atau tanpa atelektasis. Pada beberapa kasus dapat terlihat edema paru. Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) bila tidak terjadi infark miokard maka perubahan EKG biasanya bersifat sementara berupa depresi gelombang S-T, bundle branch block, fibrilasi atrium dan berbagai aritmia ventrikular.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anafilaksis ditegakkan secara klinis. Perlu dicari riwayat penggunaan obat, makanan, gigitan binatang atau tranfusi. Pada beberapa keadaan dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu dipikirkan diagnosis banding. Pada reaksi sistemik ringan dan sedang diagnosis bandingnya adalah diagnosis banding urtikaria dan angioedema
Bila ditemukan reaksi sistemik berat harus dipertimbangkan semua penyebab distres pernapasan, kolaps kardiovaskular dan hilangnya kesadaran, antara lain adalah reaksi vasovagal dan serangan sinkop, infark miokard, reaksi insulin, atau reaksi histeris.
Reaksi vasovagal dan serangan sinkop sering terjadi sesudah penyuntikan. Pada keadaan ini nadi teraba lambat dan biasanya tidak terjadi sianosis. Walau tekanan darah menurun biasanya masih dapat diukur. Pucat dan diaforesis merupakan hal yang sering ditemukan.
Infark miokard disertai gejala yang menonjol seperti sakit dada dengan atau tanpa penjalaran. Kesukaran bernapas terjadi lebih lambat dan tanpa emfisema atau sumbatan bronkial. Tidak terdapat edema atau sumbatan jalan napas atas.
Reaksi insulin yang karakteristik adalah lemah, pucat, diaforesis dan tidak sadar. Tidak terjadi sumbatan jalan napas ataupun distres pernapasan. Tekanan darah biasanya sedikit menurun. Reaksi histeris tidak disertai bukti distres pernapasan, hipotensi atau sianosis. Parestesia lebih sering dari pada pruritus. Sinkop dapat terjadi tetapi kesadaran cepat kembali.
PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan renjatan anafilaktik, urutan tindakan perlu diperhatikan.
1. Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,01 ml/ kg BB, subkutan ( maksimal 0,3 ml ).
2. Pasang tourniquet pada bagian pangkal dari tempat masuknya alergen ( gigitan serangga, suntikan obat ).
3. Beri Adrenalin 0,1 – 0,3 ml subkutan pada tempat masuknya alergen bila alergen telah diberikan / masuk secara subkutan.
4. Bila perlu pemberian Adrenalin dapat diulang setiap 15 – 20 menit.
5. Beri zat asam dengan nose prong atau sungkup 2 – 3 L/menit.
6. Beri Diphenhydramin 2 mg/ kg BB intravena atau intramuskular, dilanjutkan dengan 3 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis.
7. Pasang infus dan beri NaCl 0,9%. Bila terjadi hipotensi atau tekanan darah tidak terukur, beri NaCl 0,9% 20 – 40 ml/ kg BB dalam 1 – 2 jam.
8. Bila perlu tambahkan plasma atau cairan ekspander lain 10 – 20 ml/kg BB dalam 1–2 jam.
9. Pemberian Kortikosteroid :
1. – Hidrokortison 4 – 7 mg/ kg BB secara intravena, dilanjutkan dengan 4 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi dalam 3 – 4 dosis selama 24 – 48 jam, atau
2. – Metil prednisolon 1/5 dosis hidrokortison, atau
3. – Deksametason 1/25 dosis hidrokortison.
10. Beri Aminofilin bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) dengan dosis 7 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 – 20 ml NaCl 0,9% secara intravena dalam waktu 10 – 20 menit, dilanjutkan dengan 9 mg/ kg BB dibagi 3 – 4 dosis.
11. Bila nadi dan tekanan darah sudah stabil, infus diganti dengan Dekstrose 5% dalam 0,45% NaCl 1 – 1,5 kali kebutuhan rumatan.
Evaluasi
Yang penting dievaluasi adalah keadaan jalan napas dan jantung. Kalau pasien mengalami henti jantung-paru harus dilakukan resusitasi kardiopulmoner.