SELAMAT DATANG DI LIFE STYLE.com

Selasa, 28 Desember 2010

SKIN TEST

Defenisi

Skin test adalah melakukan test antibiotik melalui sub cutan untuk mengetahui ketahanan terhadap salah satu jenis antibiotik. Dalam melakukan skintest ini alangkah baiknya petugas kesehatan mengerti tentang skintest. Petugas kesehatan jangan lupa memperhatikan keselamatan dalam bertindak. Dan di bawah ini ada langkah-langkah dalam melakukan skintest.

A. PERSIAPAN

a. Persiapan Alat

i. Spuit 1 cc dan jarum seteril dalam tempatnya

ii. Obat-obatan yang diperlukan

iii. Kapas alkohol dalam tempatnya

iv. Gergaji ampul

v. NaCl 0,9 % /aquadest

vi. Bengkok, ball point/ spidol

b. Persiapan Klien

i. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

B. PELAKSANAAN

1. Perawat cuci tangan

2. Menggulung lengan baju pasien bila perlu

3. Mengisi spuit dengan obat yang akan ditest sejumlah 0,1 cc dilarutkan dengan NaCl 0,9 atau aquadest menjadi 1 cc

4. Mendesinfeksi kulit yang akan di suntik dengan menggunakan kapas alkohol kemudian diregangkan dengan tangan kiri perawat

5. Menyuntikan obat sampai permukaan kulit menjadi gembung dengan cara lubang jarum menghadap ke atas dan membuat sudut antara 15 – 30 derajat dengan permukaan kulit

6. Beri tanda pada area suntikan

7. Menilai reaksi obat setelah 10-15 menit dari waktu penyuntikan, hasil (+) bila terdapat tanda kemerahan pada daerah penusukan dengan diameter minimal 1 cm, hasil (-) bila tidak terdapat tanda tersebut diatas

8. Perawat cuci tangan

Selasa, 21 Desember 2010

TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK KANKER



Pengobatan alternatif terkadang bisa diandalkan untuk beberapa jenis penyakit. Bahkan kerap orang yang sudah frustasi menjalani pengobatan medis kedokteran akan pulih dengan pengobatan jenis ini. Namun tidak selalu. Kasus penyakit kanker misalnya, seringkali menjadi fatal akibat adanya kesalahan diagnosis.
”Pernah ada pasien yang datang pada saya setelah menjalani pengobatan alternatif. Ternyata dia sama sekali tidak menderita kanker, melainkan diabetes,” ujar Dr. Atikah Pardiana, spesialis kanker dari Bagian Kanker Rumah Sakit Mitra Jakarta saat dihubungi SH, Kamis (9/10).
Kesalahan diagnosis oleh para ahli pengobatan alternatif seperti ini bisa berakibat fatal bagi pasien kanker. Sebab seperti kita tahu, penyakit kanker sangat cepat menyebar ke bagian tubuh lain. Maka itu Atikah memperingatkan agar penderita penyakit ini berhati-hati untuk memilih terapi alternatif. ”Walau akhirnya memang ingin berobat secara alternatif atau tradisional, pasien sebaiknya tetap melakukan diagnosis awal ke dokter lebih dulu untuk memastikan jenis penyakitnya secara tepat. Sebab tanpa diagnosis yang pas maka bisa-bisa terjadi kesalahan teknik pengobatan,” lanjut Atikah yang beberapa kali menerima pasien dalam stadium akhir kanker akibat keterlambatan pemeriksaan.
Selama ini pengobatan kanker alternatif yang dianggap paling aman dari segi medis adalah jenis herbal, yakni dengan menggunakan tumbuhan tertentu. Biasanya obat tradisional seperti ini berasal dari tanaman yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.
Pengobatan sejenis adalah apa yang disebut naturopatik, yakni memanfaatkan tetumbuhan yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa kuat terhadap serangan penyakit tertentu seperti kanker. Bukan berarti obat tradisional macam ini bebas dari efek samping. Namun sejauh ini efek sampingnya memang tidak terlalu besar dan setiap obat memiliki sistem penetralisasi dalam tubuh peminumnya.
Jenuh
Kanker dikenal sebagai kumpulan sel yang tumbuh secara abnormal dan merusak sel-sel lain di dalam tubuh. Nama lain untuk kanker adalah neoplasia atau tumor ganas. Arti tumor sendiri adalah benjolan. Setiap benjolan, baik jinak maupun ganas, normal maupun abnormal, bisa dikatakan kanker.
Metode pengobatan kanker yang sekarang disebut standar baku adalah dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Secara umum, kanker stadium dini bisa disembuhkan dengan cara standar tersebut, sedangkan kanker stadium lanjut sudah tak dapat dioperasi lagi. Biasanya pasien hanya bisa mengandalkan kemoterapi dan radioterapi.
Tapi seringkali para penderita kanker menolak bila harus menjalani operasi, apalagi bila harus melaksanakan kemoterapi atau radioterapi terlebih dahulu. Kebanyakan dari pasien menolak karena sering terasa mual, mau muntah dan kerontokan pada rambut.
Apabila tidak menemui kemajuan berarti dalam berbagai terapi yang dijalani. Biasanya saat itu mereka berpenyakit kanker menemui juga titik jenuh dalam pengobatan. Banyak dokter sekarang memperkenalkan terapi alami yang dapat menunjang (komplementer) dari terapi standar. Kerap kali hasil yang didapat tidak hanya mengurangi efek samping dari terapi standar, tapi juga memulihkan kondisi fisik pasien. Dan akhirnya banyak dari golongan ini memilih terapi alternatif sebagai satu harapan besar di tengah makin merapuhnya badai kepercayaan dalam diri mereka.

Jarum Platina


Salah satu tipe pengobatan alternatif yang sekarang banyak dilakukan adalah dengan melakukan tusuk jarum atau akupunktur. Teknik pemeriksaannya terkesan sederhana, yaitu pasien diminta tidur telungkup. Kemudian titik-titik sensitif di belakang paha ditempel dengan dua buah logam yang tersambung dengan komputer.
Penilaian dari adanya indikasi tumor yang terlihat di layar monitor dengan kode huruf A, B, dan C. Kriteria penilaiannya adalah setiap nilai kurang atau di bawah 0,50 dan rasio nilai A dan B setingkat adalah di bawah enam, menandakan dalam keadaan normal.
Bila lebih dari nilai di atas, menunjukkan hiperaktivitas (abnormal). Bila diketahui adanya tumor akan dilakukan tindakan lanjutan. Terapi kemudian dilanjutkan dengan memasang alat EChT. Perbedaan dengan jalan standar baku adalah bila dengan jalan operasi, tumor akan dipotong, dengan EChT, tumor akan ditusuk dengan jarum platina yang dialiri listrik. Tusukan EChT akan menimbulkan reaksi kimia di dalam tubuh, dengan begitu memungkinkan tumor mati.
EChT diibaratkan seperti sedang melakukan charge aki. Bila tumor di badan kita ditusuk jarum platinum yang diberi aliran listrik searah, akan terurai dengan larutan garam elektrolit yang terkandung di dalam setiap tubuh manusia. Uraian itu akan keluar berupa gas berwarna kuning melalui ujung jarum. Dengan keluarnya gas itu, maka jaringan tumor di dalam tubuh mati.
Banyaknya jarum tergantung pada besarnya tumor karena efektivitas EChT hanya sebesar 1,5 cm. Jadi semakin lebar tumor, semakin banyak jarum yang ditusukkan. Dan bekas luka pada tumornya akan diserap tubuh sendiri.

Lendir Katak


Lain lagi cara pengobatan yang dilakukan Dr. Willie. Ia menggunakan lendir katak sebagai core material pengobatan alternatifnya untuk penyakit kanker. Dengan media infus, terapi ini bersifat seperti kemoterapi, tetapi tidak sepanas kemoterapi pada umumnya karena ramuannya mengandung cinobufacini (lendir katak) atau kanglaite (biji jali) maupun ginseng merah, yang dapat menguatkan badan.
Infus produksi Cina ini harus dipakai pasien sebanyak 20 kali. Terapi akupunturnya sendiri berbarengan dengan pemakaian infus ini.
Selain dengan terapi di atas pria ini juga memberikan obat-obatan asal Jerman, seperti ekstrak benalu apel. Secara berkala Dr. Willie akan mengevaluasi kondisi pasien dengan meminta hasil laboratorium atau dengan pemeriksaan ulang dengan alat HX Tumor Prober.

Keladi Tikus


Keladi tikus memperbaiki sistem pertahanan tubuh sehingga sistem pertahanan mampu menghancurkan sel-sel kanker, menghambat pertumbuhan sel kanker termasuk melawan duplikasi sel ganas, mereduksi radikal bebas penyebab kanker, dan menghambat akibat buruk dari kemoterapi (rambut rontok, mual dsb).
Saran: Konsumsi – Minum Keladi Tikus Segar (Jus Keladi Tikus) telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan semua produk hasil olahannya (extrak maupun plus). Untuk itu usahakan Anda membuat Jus Keladi Tikus sendiri. Karena lebih manjur dan tidak perlu mengeluarkan biaya (sebenarnya mudah didapatkan di banyak tempat yang tumbuh liar). Minumlah kapsul keladi tikus hanya bila tidak sempat membuat jus-nya saja. Selain itu keladi tikus tidak bisa dibuat jamu godog karena efektifitasnya akan turun drastic (hilang). Anda juga bisa budidaya sendiri dengan mudah

LEUKIMIA

LEUKIMIA
1.Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002
: 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.Radiasi
c.Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal.
177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang
memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi),
juga lebih peka terhadap leukemia.
3.Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
4.Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi
remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima
puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi
berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
5.Patofisiologi
a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,
nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
6.Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7.Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada
anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan
rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai
agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai
3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan
organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah
prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik
akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat
pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan
berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah
kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-
langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
InfiltrasiSel normal digantikan dengan
Sel kanker
3.Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L,
2004 :331)

Senin, 20 Desember 2010

DARAH

ALL ABOUT
BLOOD (DARAH)

KOMPONEN DARAH:
A. SEL DARAH:
1. Sel darah merah [Eritrosit]
2. Sel darah putih [Leukosit]
3. Keping Darah [Trombosit]

B. PLASMA DARAH
1. Pengangkut zat makanan, O2, CO2, , hormon, zat metabolisme, dan air ke seluruh bagian tubuh.
2. Benteng pertahanan tubuh dari infeksi berbagai kuman penyakit.
3. Stabilitator suhu tubuh

PLASMA DARAH

 KOMPONEN:
• 90% air, 8% protein:

a) Albumin : untuk mengikat zat seperti bilirubin, garam empedu, dan penicilin untuk transport dan menentukan tekanan osmotik koloid
b) Fibrinogen : faktor kunci dalam proses pembekuan darah
c) Globulin : globulin alpha dan beta mengangkut zat sepeti hormon kolesterol dan besi, pengaktif protein prekursor inaktif, globulin gama untuk imunoglobin (antibodi)

• 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen, serta bahan organik seperti lemak, kolesterol, urea, asam amino, dan glukosa.

 Fungsi Plasma Darah:
a) Pelarut
b) Pengangkutan Zat-zat dalam tubuh
 Serum :
Bagian plasma darah tanpa fibrinogen
 Antibodi
Pertahanan dari kuman penyakit

SEL DARAH MERAH [ERITROSIT]

a) Tak berinti sel,Bikonkaf
b) Usia: 3-4 bulan
c) Hemoglobin [Heme + Globin]:
1. Oksihemoglobin [HbO2]
2. Deoksihemoglobin [HbCO2]
d) Dibentuk di: Hati dan Limpa [pada saat bayi]

SEL DARAH PUTIH [LEUKOSIT]

a) Bentuknya tak tetap
b) Amoeboid, diapedesis, fagositosis
c) Usia: ± 2 minggu
d) Dibentuk di: sum-sum merah, limpa, dan kelenjar limfa.
e) 4000-8000 per mm3
f) Komponen:
1. Granulosit:
a. Eosinofil
b. Basofil [mengandung: heparin&histamin], dan
c. Neutrofil
2. Agranulosit:
a. Monosit
b. Limfosit



KEPING DARAH [TROMBOSIT/PLATELETS]

a) Ciri umum:
1. Ukuran: 2-4 mikron
2. tanpa nucleus
3. berupa fragmen kecil
4. dilengkapi organel dan
5. sistem enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan
6. mensintesis produk sekretori
b) 200.000-300.000 per mm
c) Fungsi: pembekuan darah




Perbandingan Antara Sel Darah Merah [Eritrosit], sel darah putih [leukosit], keping darah [trombosit]

No Faktor
pembeda

Sel darah merah Sel darah putih Keeping darah
1 Tempat produksi Sumsum tulang Sumsum tulang & buku limfa Sumsum tulang
2 Bentuk Cakram bikonkaf Tidak beraturan Fragmen kecil
3 Struktur Tanpa nucleus mengandung hemoglobin Mempunyai nukleus Tanpa nucleus
4 Fungsi Mengikat oksigen dan karbondioksida Pertahanan tubuh Pembekuan darah

HIPERSENSITIVITAS

HIPESENSITIVITAS
DEFINISI

Hipersentivitas yaitu reaksi imun patologik,terjadi akibat repon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar dari banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu setiap sistem organ yang penting. Perubahan karakteristik pada reaktan imun yang memberikan kunci diagnosa yang penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat atau peristiwa yang paralel. Gangguan pada proses pengawasan ini dapat menyebabkan reaksi imun yang berlebihan atau yang tidak semestinya. Kebanyakan penyakit terjadi bila mekanisme hipersentivitas tipe cepat dan lambat yang normal bersifat melindungi terganggu atau gagal berkembang biak secara normal.

TIPE HIPERSESITIVITAS
Seperti yang telah disebutkan diatas reaksi hipersentivitas dibagi dalam dua golongan berdasarkan kecepatan timbulnya reaksi yaitu
1. Tipe cepat (immediate type, antibody-mediated)
Pada tipe ini respon muncul sekitar dua puluh menit setelah terkena alergi.
2. Tipe lambat (delayed type,cell-mediated)
Pada tipe ini respon muncul satu hari atau lebih setelah terkena alergi.
Adanya perbedaan waktu disebabkan perbedaan mediator yang telibat. Jika reaksi hipersensitivitas tipe cepat melibatkan sel B, reaksi hipersitivitas tipe lambat melibatkan sel T. Selain itu jenis reaksi hipersentivitas dibedakan menjadi 4 jenis reaksi dan kemudian ditambah 1 jenis lagi reaksi yang lain. Reaksi tipe I,II,III dan V didasarkan reaksi antara antigen dan antibody humoral dan digolongkan dalam jenis reaksi tipe cepat, meskipun kecepatan timbulnya reaksi mungkin berbeda. Reaksi IV mengikutsertakan reseptor dan permukaan sel limfosit (cell mediated) dan karena reaksinya lambat disebut tipe lambat (delayed type). Kelima jenis reaksi tersebut adalah tipe I Anafilaksis, tipe II cytotoxic, tipe III complex-mediated, tipe cell-mediated (delayed type), tipe V stimulatory hypersensitivity. Selanjtunya akan dibahas tentang spesifikasi konsep penyakit Anafilaksis.
SPESIFIKASI ANAFILAKSIS
DEFINISI
Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai efek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut. Selain itu dikenal pula istilah reaksi anafilaktoid yang secara klinis sama dengan anafilaksis, akan tetapi tidak disebabkan oleh interaksi antara antigen dan antibodi. Reaksi anafilaktoid disebabkan oleh zat yang bekerja langsung pada sel mast dan basofil sehingga menyebabkan terlepasnya mediator.
ETIOLOGI
Penyebab anafilaksis sangat beragam, diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda, zat diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim, hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, terasiklin, streptomisin, sulfonamid, dan lain-lain. Ekstrak alergen biasanya berupa rumput-rumputan atau jamur, atau serum ATS, ADS dan anti bisa ular. Beberapa bahan yang sering dipergunakan untuk prosedur diagnosis dan dapat menimbulkan anafilaksis misalnya adalah zat radioopak, bromsulfalein, benzilpenisiloil-polilisin. Demikian pula dengan anestetikum lokal seperti prokain atau lidokain. Bisa yang dapat menimbulkan anafilasik misalnya bisa ular, semut, dan sengatan lebah. Darah lengkap atau produk darah seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat pula menyebabkan anafilaksis. Makanan yang telah dikenal sebagai penyebab anafilaksis seperti misalnya susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur dan udang.




PATOFISIOLOGI
Anafilaksis terjadi sebagai akibat dari interaksi antigen-antibodi ( golongan IgE ).IgE ini melekat pada permukaan sel basofil dan mastosit. Setelah kontak dengan alergen, basofil dan mastosit mengeluarkan mediator : histamin, SRS-A, kinin, ECF-A. Mediator-mediator ini memberi efek farmakologis : mengaktivasi mediator-mediator lain dan refleks-refleks sehingga terjadi gambaran klinis anafilaksis.Alergen dapat masuk tubuh melalui hirupan, suntikan, per oral, maupun inokulasi.Alergen dapat berupa :
a.Bahan-bahan untuk pengobatan :
1.Antibiotika ( Penicillin )
2.Zat putih telur asing( insulin, ACTH, serum heterolog, ATS, ADS, SABU).
3.Ekstrak alergen ( untuk uji kulit dan imunoterapi ).
4. Darah dan komponen-komponennya.
5. Cairan ( Dekstran )
6. Dan lain-lain.
b. Makanan, misalnya buah-buahan, susu, telur, ikan, kacang.
c. Bahan-bahan untuk diagnostik ( media kontras ).
d. Sengatan/gigitan serangga ( lebah ).
e. Dan lain-lain
KOMPLIKASI
1. Obstruksi jalan napas bagian atas ( sembab larynx )–> Pasang pipa endotracheal atau tracheostomi.
2. Obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) –>Beri : Aminofilin, Hidrokortison, Terbutalin atau pasang ventilator.
3. Renjatan berkepanjangan :
4. Beri cairan intravena NaCl 0,9% atau koloid.
5. Kadang-kadang perlu diberi Adrenalin intravena dengan dosis 1 ml larutan 1 : 10.000 dengan sangat hati-hati. Cara membuat larutan : 1 ml larutan 1 : 1000 dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%.
6. Kadang-kadang perlu diberi obaobat vasopresor, seperti Norepinephrin, Metaraminol, dan Dopamin.
7. Bila renjatan belum membaik, ukur CVP.
8. Bila tekanan <> 12 mm Hg, beri Isoproterenol.
9. Pemantauan ECG.
10. Jantung berhenti :
• Lakukan pijat jantung.
• Beri napas buatan.
• Beri NaBic.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dapat menolong untuk membedakan kasus yang luar biasa atau menilai penatalaksanaan yang sedang dikerjakan. Pemeriksaan darah lengkap dapat menemukan hematokrit yang meningkat akibat hemokonsentrasi. Bila terjadi kerusakan miokard maka pada pemeriksaan kimia darah dapat ditemukan peninggian enzim SGOT, CPK (fosfokinase kreatin) dan LDH (dehidrogenase laktat).
Foto toraks mungkin memperlihatkan emfisema (hiperinflasi) dengan atau tanpa atelektasis. Pada beberapa kasus dapat terlihat edema paru. Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) bila tidak terjadi infark miokard maka perubahan EKG biasanya bersifat sementara berupa depresi gelombang S-T, bundle branch block, fibrilasi atrium dan berbagai aritmia ventrikular.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anafilaksis ditegakkan secara klinis. Perlu dicari riwayat penggunaan obat, makanan, gigitan binatang atau tranfusi. Pada beberapa keadaan dapat timbul keraguan terhadap penyebab lain sehingga perlu dipikirkan diagnosis banding. Pada reaksi sistemik ringan dan sedang diagnosis bandingnya adalah diagnosis banding urtikaria dan angioedema
Bila ditemukan reaksi sistemik berat harus dipertimbangkan semua penyebab distres pernapasan, kolaps kardiovaskular dan hilangnya kesadaran, antara lain adalah reaksi vasovagal dan serangan sinkop, infark miokard, reaksi insulin, atau reaksi histeris.
Reaksi vasovagal dan serangan sinkop sering terjadi sesudah penyuntikan. Pada keadaan ini nadi teraba lambat dan biasanya tidak terjadi sianosis. Walau tekanan darah menurun biasanya masih dapat diukur. Pucat dan diaforesis merupakan hal yang sering ditemukan.
Infark miokard disertai gejala yang menonjol seperti sakit dada dengan atau tanpa penjalaran. Kesukaran bernapas terjadi lebih lambat dan tanpa emfisema atau sumbatan bronkial. Tidak terdapat edema atau sumbatan jalan napas atas.
Reaksi insulin yang karakteristik adalah lemah, pucat, diaforesis dan tidak sadar. Tidak terjadi sumbatan jalan napas ataupun distres pernapasan. Tekanan darah biasanya sedikit menurun. Reaksi histeris tidak disertai bukti distres pernapasan, hipotensi atau sianosis. Parestesia lebih sering dari pada pruritus. Sinkop dapat terjadi tetapi kesadaran cepat kembali.
PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan renjatan anafilaktik, urutan tindakan perlu diperhatikan.
1. Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,01 ml/ kg BB, subkutan ( maksimal 0,3 ml ).
2. Pasang tourniquet pada bagian pangkal dari tempat masuknya alergen ( gigitan serangga, suntikan obat ).
3. Beri Adrenalin 0,1 – 0,3 ml subkutan pada tempat masuknya alergen bila alergen telah diberikan / masuk secara subkutan.
4. Bila perlu pemberian Adrenalin dapat diulang setiap 15 – 20 menit.
5. Beri zat asam dengan nose prong atau sungkup 2 – 3 L/menit.
6. Beri Diphenhydramin 2 mg/ kg BB intravena atau intramuskular, dilanjutkan dengan 3 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis.
7. Pasang infus dan beri NaCl 0,9%. Bila terjadi hipotensi atau tekanan darah tidak terukur, beri NaCl 0,9% 20 – 40 ml/ kg BB dalam 1 – 2 jam.
8. Bila perlu tambahkan plasma atau cairan ekspander lain 10 – 20 ml/kg BB dalam 1–2 jam.
9. Pemberian Kortikosteroid :
1. – Hidrokortison 4 – 7 mg/ kg BB secara intravena, dilanjutkan dengan 4 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi dalam 3 – 4 dosis selama 24 – 48 jam, atau
2. – Metil prednisolon 1/5 dosis hidrokortison, atau
3. – Deksametason 1/25 dosis hidrokortison.
10. Beri Aminofilin bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) dengan dosis 7 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 – 20 ml NaCl 0,9% secara intravena dalam waktu 10 – 20 menit, dilanjutkan dengan 9 mg/ kg BB dibagi 3 – 4 dosis.
11. Bila nadi dan tekanan darah sudah stabil, infus diganti dengan Dekstrose 5% dalam 0,45% NaCl 1 – 1,5 kali kebutuhan rumatan.
Evaluasi
Yang penting dievaluasi adalah keadaan jalan napas dan jantung. Kalau pasien mengalami henti jantung-paru harus dilakukan resusitasi kardiopulmoner.

Senin, 11 Oktober 2010

GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

I. Penjelasan pembaharuan islam, sejarah, dan mengapa pembaharuan islam diperlukan?
a. Harun Nasution cendrung menganalogikan istilah “pembaharuan” dengan “modernisme”, karena istilah terakhir ini dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham, adt-istiadat, institusi lama, dan sebagainya unutk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Gagasan ini muncul di Barat dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuna modern.
Karena konotasi dan perkembangan yang seperti itu, harun Nasution keberatan menggunakan istilah modernisasi Islam dalam pengertian di atas ( Azra, Azyumardi :1996) Revivalisasi Menurut paham ini, “pembaharuan adalah “membangkitkan” kembali Islam yang “murni” sebagaimana pernah dipraktekkan Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan kaum Salaf ( Azra, Azyumardi : 1996 )
b. Muhammad Bin Abdul Wahab ( 1703-1787 )
Beliau dilahirkan di Uyainah, sebuah dusun di Najed bagian Timur Saudi Arabia. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga beragama yang ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali, yaitu mazhab yang memperkenalkan dirinya sebagai aliran Salafiyah.
Muhammad Bin Abdul Wahab menamakan gerakannya, “Gerakan Muwahidin yaitu suatu gerakan yang bertujuan untuk mensucikan dan meng-Esakan Allah dengan semurni-murninya yang mudah, gampang dipahami, dan diamalkan persis seperti Islam pada masa permulaan sejarahnya.
Gerakan yang dipimpin Muhammad bin Abdul Wahab ini dinamakan “Gerakan Wahabi” sebagai ejek-ejekan oleh lawan-lawannya.
Hal-hal yang ditekankan oleh gerakan ini adalah :
1. Penyembahan kepada selain Allah adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia dibunuh.
2. Orang yang mencari ampunan Allah dengan mengunjungi kuburan orang-orang sholeh, termasuk golongan musyrikin.
3. Termasuk perbuatan musyrik memberikan pengantar dalam sholat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau Malaikat ( seperti sayidina Muhammad ).
4. Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas Alqur’an dan Sunnah, atau ilmu yang bersumber kepada akal pikiran semata-mata.
5. Termasuk kufur dan ilhad yang menginkari “Qadar” dalam semua perbuatan dan penafsiran Qur’an dengan jalan ta’wil.
6. Dilarang memaki buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a (wirid ) cukup menghitung dengan jari.
7. Sumber syariat Islam dalam soal halal dan haram hanya Alqur’an semata-mata dan sumber lain sesudahnya ialah sunnah Rasul. Perkataan ulama mutakallimin dan fuqaha tentang haram-halal tidak menjadi pegangan, selama tidak didasarkan atas kedua sumber tersebut.
8. Pintu Ijtihad tetap terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.
Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar tenaga yang sanggup mengoncangkan dan membangkitkan kembali kesadaran kaum muslimin yang sedang lelap tidur dalam kegelapan. Bersama dengan Ibnu Su’ud, pendiri Dinasti Su’udiyah ( Saudi Arabia ) berjuang dengan sikap pantang menyerah. Ibnu Su’ud dalam menjalankan roda pemerintahannya dilhami oleh syaikh Muhammad.
c. Alasan pembaharuan islam diperlukan
1. Kepercayaan terhadap Barat secara keseluruhan yang dialami oleh generasi baru muslim.
2. Gagalnya system social yang bertumpu pada kapitalisme dan sosialisme
3. Gaya hidup elit sekuler di negara-negara Islam.
4. Hasrat untuk memperoleh kekuasaan diantara segmen kelas menengah yang semakin berkembang yang tidak dapat diakomodasi secara politik.
5. Pencarian keamanan psikologis diantara kaum pendatang baru di daerah perkotaan.
6. Lingkungan kota
7. Ketahanan ekonomi negara-negara Islam tertentu akibat melonjaknya harga minyak.
8. .Rasa percaya diri akan masa depan akibat kemenangan Mesir atas Israel tahun 1973, Revolusi Iran 1979, dan fajar kemunculan kembali peradaban Islam abad ke 15 Hijriah ( Mazaffar, Chandra ;1988 )

II. Penjelasan GPI Di Arab Saudi, India, Mesir Dan Toko-Tokoh Dan Pemikirannya
Sayyid Ahmad Khan.2
Berdayakan Umat Muslim India
Dia menerima penghargaan dan gelar dari pemerintah Inggris, tapi ia
mengembalikan semua hadiah yang diberikan mereka padanya. Sir Sayid
Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat
Islam India pada abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada tahun 1817.
Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke
Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani
Umayyah.
Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India) dan menetap di sana.
Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ahmad Khan
memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau
dari keturunan Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah
dia bergelar sayid. lbunya seorang wanita cerdas dan pandai mendidik
anak-anaknya. Ahmad Khan memulai pendidikannya dalam pengetahuan agama
secara tradisional.
Di samping itu beliau juga mempelajari bahasa Persia dan bahasa Arab,
matematika, mekanika, sejarah dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Beliau pun banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan dalam berbagai
bidang ilmu. Hal ini menjadikannya sebagai seorang yang luas ilmu
pengetahuannya, berpikiran maju, dan dapat menerima ilmu pengetahuan
modern. Sejak sang ayah meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena ibunya enggan
menerima tunjangan pensiun dari istana.
La bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia pindah bekerja
sebagai hakim di Fatehpur (1841). Selanjutnya ia dipindahkan ke
Bignaur. Dan pada tahun 1846 ia kembali lagi ke Delhi. Masa delapan
tahun di Delhi merupakan masa yang paling berharga dalam hidupnya
karena ia dapat melanjutkan pelajarannya. Ketika terjadi pemberontakan
umat Hindu dan umat Islam terhadap penguasa Inggris pada tanggal 10
Mei 1857, Ahmad Khan berada di Bignaur sebagai salah seorang pegawai
peradilan.

Sayyid Ahmad Khan.
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai dimasa lampau.
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. melalui Fathimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di masa Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Setelah berusia delapan belas tahun ia masuk bekerja pada serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Dimasa pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat diterima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan ummat Islam India.


III. Asal-Usul GPI Di Indonesia,Tokoh Dan Model GPI, Serta Tanggapan Masyarakat
Muhammadiyah dan Pembaharuan Islam di Indonesia
Pasca Abduh dan di luar Mesir bertumbuhan pembaru di dunia Islam dengan corak masing-masing. Benang merahnya sama, bagaimana Islam sebagai ajaran mampu menjawab tantangan zaman dan umat Islam sebagai pemeluknya hidup dalam kemajuan.
Di Mesir selain Muhammad Abduh muncul Muhammad Rasyid Ridla, murid dan kawan Abduh yang meneruskan gagasan-gagasannya. Ridla lahir tahun 1865 di Lebanon tetapi, sebagian besar hidupnya dihabiskan di Mesir hingga wafat tahun 1935. Perjumpaan dengan Al-Afghani dan Abduh membuat dirinya menyerap pikiran-pikiran pembaruan. Pada mulanya tertarik pada politik sebagaimana Afghani, tetapi atas nasihat Abduh akhirnya, Ridla tidak mengambil jalan politik dan menekuni dunia pemikiran di bidang pembaruan keagamaan, pendidikan, dan sosial sebagaimana Abduh. Namun, berbeda dengan Abduh, Ridla masih percaya pada konsep negara Islam berupa kekhalifahan sebagai kekuatan pemersatu umat, kendati dia mengeritik keras dan kecewa terhadap praktik absolutisme kekhalifahan Islam kala itu. Abduh di ujung hayatnya, kecewa dan gagal mengajak khalifah Turki Usmani dan kerajaan Arab Saudi untuk tidak kerjasama dengan Inggris dan Perancis yang menjajah dunia Islam kala itu.
Ridla memelopori terbitnya majalah Al-Manar yang memuat pikiran-pikiran pembaruan, lebih-lebih pemikiran Muhammad Abduh. Dia bahkan mengajak umat Islam untuk membarui tafsir atau pemahanan tentang Al-Qur’an, tidak jumud sebagaimana ulama-ulama tradisional. Karena itu, Ridla mengusulkan dan kemudian disetujui gurunya (Abduh) untuk menyusun tafsir Al-Qur’an yang kemudian dimuat secara rutin dalam Al-Manar. Lahirlah Tafsir Al-Manar yang memuat tafsir Abduh tentang ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi karena Abduh wafat terhenti sampai ayat ke-125 surat An-Nisaa’, yakni jilid III Tafsir Al-Manar. Selebihnya, Tafsir Al-Manar merupakan karya Rasyid Ridla baik berdasarkan pelajaran atau tafsir Muhammad Abduh sewaktu memberikan ulasan di Al-Azhar maupun murni tafsir Ridla sendiri. Dalam sejumlah hal, Ridla berbeda tafsir dengan Abduh, jika Abduh lebih “liberal” sedangkan Ridla cenderung “tekstual” dalam memahami ayat-ayat yang memerlukan penafsiran.
Rasyid Ridla sebagaimana Abduh mengeritik umat Islam yang jumud dan mengajak untuk kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya, yang tidak tercemar oleh praktik syirik, bid’ah, dan khurafat. Dia juga mengeritik paham tasawuf yang membuat hidup umat Islam terjebak pada fatalisme. Ridla juga sepaham dengan Abduh untuk memajukan pemikiran melalui ijtihad dan kerja akal. Tetapi berbeda dengan Abduh, Ridla lebih terbatas dalam memberi ruang pada akal dan masih terikat kuat pada pemikiran Ibn Hanbal, Ibn Taimiyyah, dan Muhammad bin Abdil Wahhab. Ridla tidak sebagaimana Abduh juga lebih terbatas dalam menerima pemikiran Barat, kendati mengakui pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana negeri-negeri Barat. Sikap lebih keras terhadap Barat tampak pada pemikiran Ridla. Pemikiran pembaruan Rasyid Ridla tidak se-berani dan se-maju pemikiran Muhammad Abduh.
Pemikiran pembaruan di Mesir pasca Abduh dan Ridla dikembangkan oleh Farid Wajdi, Tantawi Jauhari, Qasim Amin, Sa’ad Zaglul, Ahmad Luthfi al-Sayyid, Ali Abdul Raziq, dan Taha Husain (Nasution, ibid: 69). Dua nama yang disebut belakangan, Raziq dan Taha bahkan lebih liberal ketimbang Abduh. Sebagian kalangan seperti Munawwir Sadjzali bahkan mengkategorisasikan Raziq dan Taha ke dalam aliran “sekuler” karena pandangannya yang sangat pro-modern Barat dan menganut paham “pemisahan” agama dari negara. Pemikiran serupa juga berkembang di Turki, yang melahirkan gerakan Turki Muda, terutama di kemudian hari pada pemikiran Mustafa Kamal At-Taturk yang dikenal dengan tokoh “sekularisasi” Islam di Turki. Pemikiran Mustafa Kamal sebenarnya bukan membuang agama dari kehidupan politik-kenegaraan, tetapi mengeliminasi atau menghilangkan kekuasaan agama dari ranah politik-kenegaraan. Islam sebagai agama tidak sama dan sebangun dengan institusi negara.
Di belahan dunia yang lain, di India lahir pula pembaruan yang dipelopori oleh Syah Waliyullah al-Dehlawi (1703–1781 M) dan Sir Sayyid Ahmad Khan (1817–1898 M). Waliyullah dan juga Ahmad Khan sebagaimana pembaru Islam lainnya prinsip pemikirannya sama untuk kembali pada Islam yang murni, membebaskan umat dari kebekuan dan masalah internal, serta menghadapi penjajahan. Waliyullah lebih melihat pada persoalan internal umat ketimbang ke luar, dia memadukan pemikiran pemurnian dengan tasawuf, sehingga gerakan pemurniannya lebih lentur dan berbeda dengan Abdil Wahhab.Waliyullah menghendaki masyarakat Islam yang kuat dan kejayaan Islam sebagaimana zaman dinasti Monggul di India.
Adapun Ahmad Khan lebih maju lagi pemikirannya. Sebagaimana Abduh, Khan menghargai akal sebagai alat untuk menafsirkan ajaran Islam sesuai dengan kemajuan zaman, hingga baik Abduh maupun Ahmad Khan sering dituding penganut Mu’tazilah. Ahmad Khan juga memandang pentingnya pembaruan sosial dalam kehidupan umat Islam, menghilangkan perbudakan, dan diperbolehkannya wanita untuk ke luar ranah publik dan tidak setuju dengan cadar bagi perempuan muslimah sebagaimana ditemukan di negeri-negeri Arab. Khan memandang Islamisasi tidak harus total dalam arti lebih menekankan pada aspek-aspek yang belum Islam untuk di-Islamkan, sehingga pendekatannya lebih adapftif atau akomodatif dan tidak frontal sebagaimana Wahhabiah. Ahmad Khan juga menganjurkan umat Islam bebas dari taklid dan meniru kemajuan modern Barat, bahkan dia memilih pendekatan akomodatif terhadap Inggris ketimbang konfrontatif. Khan juga membolehkan umat Islam bergaul dengan pemeluk agama lain, termasuk Kristen. Dia menganjurkan toleransi sesama umat beragama, bahkan memandang Bible sebagaimana Al-Qur’an, juga mengajarkan moralitas kemanusiaan, dan memandang agama sebagai urusan pribadi yang tidak boleh diganggu gugat. Bagi Ahmad Khan, Islam merupakan ajaran yang sesuai dengan pemikiran dan keperluan kemajuan zaman modern. Kita masih dapat mencatat pembaru Islam lainnya di belahan dunia Islam, termasuk Muhammad Iqbal dari Pakistan. Pemikir dan pujangga Islam dari Pakistan yang dulu pecahan dari India itu menawarkan rekonstruksi pemikiran Islam di dunia muslim.
Api pembaruan Islam yang mengalir bagaikan air bah yang tak terbendung itu merambah dan masuk pula ke Indonesia. Waktu itu, Indonesia masih merupakan negeri Nusantara dan berada dalam kungkungan penjajahan Belanda. Melalui persentuhan ibadah haji, kontak pemikiran secara langsung, dan bacaan-bacaan pemikiran pembaruan di dunia Arab kala itu, lahirlah para pembaru dan gerakan pembaruan Islam di Indonesia dengan berbagai ragam orientasi dan karakter pemikiran. Terdapat persambungan (kontinyuitas) antara pembaruan Islam di Indonesia dengan di dunia Islam sebelumnya, tetapi juga terdapat perbedaan atau perubahan (diskontinyuitas) yang menampilkan corak yang khas. Sebagian ahli seperti Abubakar Atjeh (1970: 5) menyebutnya sebagai Gerakan Salafiyah di Indonesia dengan konotasi gerakan pemurnian (Salafiyah) plus “pembaruan dalam Islam” atau “tajdid fi al-Islam”, “Reformisme”, atau “Aliran Kebangkitan Dalam Islam”, “Gerakan Kaum Muda”, dan sebagainya. Sedangkan pakar lainnya seperti Deliar Noer dan para peneliti asing menyebutnya sebagai Gerakan Modern Islam atau “Modernisme Islam”. Spirit dasarnya sama, yakni memurnikan ajaran Islam sesuai dengan sumbernya yang asli (Al-Qur’an dan Sunnah Nabi), dan mengembangkan ijtihad dalam berbagai aspek dan orientasi pemikiran atau pembaruan Islam.
Tokoh-tokoh pembaruan Islam di Indonesia antara lain Haji Rasul, Abdul Karim Amrullah, Djamil Djambek, dan sebelumnya para tokoh Paderi dengan gerakan pemurniannya di ranah Minangkabau, termasuk Palimo Kayo yang mendirikan Sumatra Thawalib. Di pulau Jawa dalam kurun lebih akhir di era awal abad ke-20 lahir Cokroaminoto yang melahirkan Syarikat Islam, Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, A. Hassan dengan Persatuan Islam-nya, Achmad Surkati yang membentuk Al-Irsyad, dan lain-lain. Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya memiliki tempat yang spesifik dalam matarantai gerakan pembaruan di dunia Islam itu. Di satu pihak Kyai dari Kauman Yogyakarta itu menyerap dan berinteraksi dengan pikiran-pikiran besar para pembaru seperti Ibn Taimiyyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridla. Tetapi pada saat yang sama melakukan kreasi dan menampilkan corak pembaruan Islam yang lebih berwajah kultural dan moderat. Sehingga Muhammadiyah yang lahir tahun 1912 itu mampu bertahan dan meluas bukan hanya sebagai alam pikiran namun, sekaligus sebagai organisasi gerakan pembaruan Islam yang melembaga dan mengakar kuat di bumi Indonesia.l
a. Muhammad Abduh 2
Pemikiran Muhammad Abduh
Muhammad bin Abduh bin Hasan dilahirkan di desa Mahallat Nashr, Al-Buhairoh, Mesir pada tahun 1849 M. Dia murid kesayangan Jamaluddin Al-Afghani. Dia wafat pada tahun 1905.
b. Aqal dan Wahyu
Menurut DR. M. Quraisy Syihab dalam Studi Kritis Tafsir Al-Manar terbitan Pustaka Hidayah tahun 1994 halaman 19, ada dua pemikiran pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Muhammad Abduh, yaitu:
Membebaskan aqal fikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana haqnya salaful ummah, yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an dan Hadits. [Wajarlah jika para pengikutnya beranggapan bahwa setiap orang boleh berijtihad, admin
c. Musthofa Kamal At-Taturk
Perang Dunia I Turki mengalami kekalahan menyebabkan timbulnya amarah dan semangat rakyat Turki untuk membela tanah air. Dalam suasana yang serupa inilah munculnya Mustafa Kamal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Turki Usmani dari kehancuran dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki Modern dan atas jasanya, ia mendapat gelar Attaturk (Bapak Turki). Ia lahir di Salakonia pada tahun 1881.
d. Muhammad Iqbal 2
Muhammad Iqbal adalah orang yang menciptakan puisi itu yang lahir pada tahun 1873 di Sialkot, suatu kota tua bersejarah diperbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Ia datang dari keluarga miskin tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperoleh di sekolah menengah dan perguruan tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Pendidikan dasar ia tempuh di kota kelahirannya dan masuk Government College (sekolah tinggi pemerintah) Lahore. Ia menjadi mahasiswa kesayangan Sir Thomas Arnold yang meninggalkan Aligarh dan pindah bekerja di Government College Lahore. Iqbal lulus pada tahun 1897 dan memperoleh beasiswa serta dua mendali emas karena baiknya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Ia akhirnya memperoleh gelar M. A dalam filsafat pada tahun 1899. dan ia meninggal dunia pada 18 maret 1938.

IV. Alasan Muhammadiyah Disebut GPI, Dan Dasar Pemikiran Kh.A.Dahlan
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat khatib di Masjid Agung Kesultanan. Salah satunya adalah menggarisi lantai Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2 derajat ke Utara. Menurut ilmu hisab yang ia pelajari, arah Kiblat tidak lurus ke Barat seperti arah masjid di Jawa pada umumnya, tapi miring sedikit 241/2 derajat. Perbuatan ini ditentang olen masyarakat, bahkan Kanjeng Kiai Penghulu memerintahkan untuk menghapusnya. Lalu ia membangun Langgar sendiri di miringkan arah Utara 241/2 derajat, lagi-lagi Kanjeng Kiai Penghulu turun ¬tangan dengan memerintahkan untuk merobohkannya. K.H. Ahmad Dahlan hampir putus asa karena peristiwa-peristiwa tersebut sehingga ia ingin meninggalkan kota kelahirannya. Tetapi saudaranya menghalangi maksudnya dengan membangunkan langgar yang lain dengan jaminan bahwa ia dapat mengajarkan pengetahuan agama sesuai dengan apa yang diyakininya. Peristiwa demi peristiwa tersebut rupanya menjadi cikal-bakal pergulatan antara pikiran-pikiran baru yang dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan pikiran-pikiran yang sudah mentradisi.
a. Gerakan Pembaruan Ahmad Dahlan
Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan, yang berbeda dengan masyarakat zamannya mempunai landasan yang kuat, baik dari keilmuan maupun keyakinan Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku keagamaan yang berlandaskan pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai dengan akal sehat. Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid dan mulai tahun 1910 M. penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi ia tidak menyalurkan ide-idenya secara tertulis.
Kemudian dia mengeliminasi upacara selametan karena merupakan perbuatan bid’ah dan juga pengkeramatan kuburan Orang Suci dengan meminta restu dari roh orang yang meninggal karena akan membawa kemusyrikan (penyekutuan Tuhan). Mengenai tahlil dan talqin, menurutnya, hal itu merupakan upacara mengada-ada (bid’ah). Ia juga menentang kepercavaan pada jimat yang sering dipercaya oleh orang-orang Keraton maupun daerah pedesaan, yang menurutnya akan mengakibatkan kemusyrikan.
Mendirikan Perserikatan Muhammadiyah Sebelum mendirikan Organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan aktif di berbagai perkumpulan, seperti Al-Jami’at Al-Khairiyyah (organisasi masyarakat Arab di Indonesia), Budi Utomo dan Sarekat Islam. Ia termasuk salah seorang ulama yang mula-mula mengajar agama Islam di Sekolah Negeri, seperti Sekolah Guru (Kweekschool) di Jetis Yogyakarta dan OSVIA di Magelang.
Selain berdagang pada hari-hari tertentu, dia memberikan pengajian agama kepada beberapa kelompok orang, terutama pada kelompok murid Pendidikan Guru Pribumi di Yogyakarta. Dia juga pernah mencoba mendirikan sebuah madrasah dcngan pengantar bahasa Arab di lingkungan Keraton, namun gagal.
Selanjutnya, pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta pertama yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November 1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
Tujuan Muhammadiyah terutama untuk mendalami agama Islam di kalangan anggotanya sendiri dan menyebarkan agama Islam di luar anggota inti. Untuk mencapai tujuan ini, organisasi itu bermaksud mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh yang membicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat kabar dan majalah.
Sebagai jawaban terhadap kondisi pendidikan umat Islam yang tidak bisa merespon tantangan zaman, K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen. Ini mengadopsi pendidikan model Barat, karena sistemnya dipandang “yang terbaik” dan disempurnakan dengan penambahan mata pelajaran agama. Dengan kata lain, ia berusaha untuk mengislamkan berbagai segi kehidupan yang tidak Islami. Umat Islam tidak diarahkan kepada pemahaman “agama mistis” melainkan menghadapi duni secara realitis.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. izin itu hanya berlaku untuk daerah Yokyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sbabnya kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srakandan, Wonosari, dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang Muhammadiyah di luar Yokyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yokyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Perkumpulan-perkumpulan dan jama’ah-jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf Bima kanu wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi
V. Alasan Saya Mengenai GPI
Menurut saya GPI yang sekarang harus diperbaiki yang lebih baik lagi.

Rabu, 06 Oktober 2010

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

A. KONSEP DASAR

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi (English: pharmacy, Latin: pharmacon) adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasis disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatric, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup.


II. Konsep Dasar Farmakodinamika

Farmakodinamika mempelajari efek obat dalam tubuh atau jaringan hidup atau memelajari pengeruh obat terhadap fisiologi tubuh.
1. Mekanisme Obat
Efek obat terjadi karena interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan reseptor atau bagian tertentu dalam tubuh. Obat bekerja melalui mekanisme sbb:
a. Interaksi obat-reseptor
Obat+Reseptor memberikan efek farmakologi, disebut agonis. Contoh: agonis reseptor kolinergik/muskarinik a.l. carbakol, arecolin, methakolin, pilokarpin. Obat+Reseptor menghalangi obat lain memberikan efek farmakologi, disebut antagonis. Contoh: antagonis reseptor kolinergik a.l. atropine, ipatropium, skopolamin.

b. Interaksi obat-enzim
Contoh: obat penghambat enzim asetil kolin esterase (ACE) sehingga memberikan efek kolinergik a.l. neostigmin, parathion.

c. Kerja non-spesifik (tanpa ikatan dengan reseptor atau enzim)
Contoh: Na-bikarbonas (merubah pH cairan tubuh), alcohol (denaturasi protein), norit (mengikat racun atau bakteri)

2. Reseptor Obat
Reseptor dapat berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak yang merupakan bagian dari sel, ribosom, atau bagian lain. Semakin banyak obat yang menduduki reseptor, berbanding lurus dengan kadar obat dalam plasma. Reseptor yang umumnya dikenal reseptor kolinergik/muskarinik, reseptor alfa-adrenergik (alfa-1 & alfa-2), reseptor beta-adrenergik (beta-1 & beta-2).

3. Transmisi Sinyal Obat
Interaksi obat dengan reseptor bisa menghasilkan efek agonis, agonis parsial, antagonis kompetitif dan antagonis non-kompetitif.

4. Interaksi Obat-Reseptor
Interaksi obat-reseptor sering dianalogikan sebagai GEMBOK-KUNCI. Obat adalah Kunci, Reseptor adalah Gembok. Kecocokan obat dengan reseptor tertentu tergantung pada struktur molekulnya.

5. Kerja Obat yang Tidak Diperantarai Reseptor disebut juga Kerja Non Spesifik.
B. FARMAKOLOGI DAN SISTEM IMUN

1. IMUNISASI
• Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
• Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara alamiah atau buatan.
Anti Tetanus Serum
• Nama : Tetanus antitoxins.
• Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap toksin tetanus. Plasma ini dimurnikan dan dipekatkan serta mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.
• Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml (10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU)
• Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus.
• Farmakologi : Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara terhadap tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih disukai
Analgetik, Antipiretik & Antihist amin
• Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
• Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
• Anti-inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
• Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik) . Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Obat golongan Antiinflamasi non Steroid
• Turunan asam salisilat : aspirin, salisilamid,diflunisal.
• Turunan 5-pirazolidindion : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
• Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
• Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
• Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
• Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
2. ANTIHISTAMIN
• Obat yang dapat mengurangi a/ menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme p’hambatan bersaing pada sisi reseptor H1 dan H2
• Antagonis-H1 : untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
• Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung
3. HISTAMIN
• Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh ( sel mast & basofil ).
• Berperan thd berbagai proses fisiologis penting yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi seperti rhinitis, asma, urtikaria, pruritis dan anafilaksis.
Efek Histamin + reseptor H1
• Kontraksi otot polos usus & bronki, Meningkatkan permeabilitas vaskular, Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP dl sel, Vasodilatasi arteri permeabel thd cairan & plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, & urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1
• Contoh antagonis H1 : diphenhydramine, chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine
Efek Histamin + reseptor H2
• Meningkatkan kecepatan kerja jantung, Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis-H2
• Contoh Antagonis H2: Simetidin, Ranitidin HCL, Famotidin, Roksatidin Asetat HCl
4. KORTIKOSTEROID
• Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya.
• Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek samping, oleh karena itu sebelum menggunakan kortikosteroid apalagi dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati



C. FARMAKOLOGI DAN SISTEM HEMATOLOGI
Antikoagulan
Dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu
1. Antikoagulan parenteral, contoh : Heparin
2. Antikoagulan oral, contoh : Warfarin. Antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K. Efek samping utama semua antikoagulan oral adalah pendarahan
Antiplatelet
• Antiplatelet (antitrombosit) bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet.
• Contoh : Asetosal, Dipiridamol


Fibrinolitik

• Fibrinolitik yang bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut mendegradasi fibrin dan dengan demikian memecah trombus.
• Contoh : streptokinase, urokinase, alteplase.
Hemostatik dan antifibrinolitik
• Defisiensi faktor pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
• Pendarahan spontan timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang dari 5% normal.
• Contoh obat : Asam traneksamat

Minggu, 03 Oktober 2010

Transkultural Nursing Research

Transkultural Nursing Research adalah teori berdasarkan disiplin humanistik, yang dirancang untuk melayani individu, organisasi, masyarakat, dan masyarakat. Manusia perawatan/kepedulian didefinisikan dalam konteks budaya. Budaya peduli kompeten hanya dapat terjadi ketika nilai-nilai budaya perawatan dikenal dan melayani sebagai dasar untuk perawatan yang berarti. Misi Transkultural Nursing Research adalah untuk meningkatkan kualitas budaya kongruen, kompeten, dan adil peduli bahwa hasil dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan orang di seluruh dunia. Visi Transkultural Nursing Research berusaha untuk memberikan perawat dan perawatan kesehatan profesional lainnya dengan basis pengetahuan yang diperlukan untuk memastikan kompetensi dalam praktek budaya, pendidikan, penelitian, dan administrasi.
Tujuan Transkultural Nursing
• Untuk memajukan kompetensi budaya untuk perawat di seluruh dunia
• Untuk memajukan beasiswa (pengetahuan substantif) dari disiplin
• Untuk mengembangkan strategi untuk advokasi perubahan sosial budaya yang kompeten untuk perawatan
• Untuk mempromosikan non-profit korporasi keuangan suara
Latar Belakang
Seorang perawat kesehatan adalah petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seorang perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam waktu yang lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seo-rang perawat dalam menjalankan fungsinya. Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan. Profesionalitas akan terus tumbuh dan berkembang bila seorang pera wat mempunyai kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan multidisiplin. Seorang perawat kesehatan harus mampu membuat konfigurasi berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang berbeda-beda (multikausal).
Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan yang te hirarkisnya telah dibuat oleh Maslow. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of experience (pengalaman masa lampau hidupnya) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien. Nilai-nilai budaya berifat kompleks, karena setiap manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan hidup, pengalaman hidup, tidak sama. Perkem-bangan IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang mempenga ruhi paradigma seseorang terhadap persepsi sesuatu yang dihadapinya. Realitas yang se perti itu menuntut seorang perawat yang selalu berhadapan dengan pasien harus banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam yang men jadi milik pasien harus dimengerti dan difahami , agar harapan pasien sebagai manusia dapat dipenuhi secara komprehensif dan holistik. Pelayanan perawatan akan masuk dalam katagori berkwalitas bila tindakan layanan yang dilakukan oleh seorang tanaga perawatan dilandasi pada standard keperawatan yang mampu memenuhi harapan pasien
Pengertian Transkultural
Bila kita tinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture. trans berarti alur perpindahan, jalan lintas, atau pengubung sedangkan cultural berarti budaya, transcultural dapat diartikan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Leininger (1991) , mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien / klien. Croos, T., Bazron, B., Dennis, K., and Isaacs, M (1989) memberikan acuan li-ma (5) element budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi keperawatan yakni :
1. menilai keanekaragaman budaya
2. mempunyai kapasitas untuk meng-assessment budaya
3. menjadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya
4. mempunyai pengetahuan budaya yang sudah dilembagakan
5. mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksikan dan memamahami keanekaragaman budaya.
Kelima element di atas hendaknya akan selalu diwujudkan pada setiap langkah,perilaku layanan kepada pasien/klien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat kesehatan harus mampu mewujudkan peran/fungsi seorang pe rawat mulai dari tingkat pelaksana, pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena seti ap perwujudan peran seorang perawat akan selalu berinteraksi dengan manusia/klien. Meyer CR, (1996) bahkan memberikan tuntutan empat hal yang harus di punyai seorang perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan kompetensi asuhan keperawatan yakni, 1). mempunyai kapabelitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda suku dan ras, 2). mempunyai kemampuan komunikasi dalam mengha dapi klien yang beraneka ragam latar belakang, 3). mempunyai kapabelitas dalam bidang ethics, 4). mempunyai kapebelitas menumbuhkan kepercayaan. Belajar terus menerus merupakan salam satu hal yang harus menjadi milik seorang per-wat kesehatan. Transcultural Nursing Knowledge akan menjadi milik seorang perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan bila dirinya terus dikembangkan dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus melakukan evaluasi pada setiap intervensi pada klien / pasien. Hal yang harus diingat bahwa trasncultural akan selalu terjadi pada setiap intervention nursing dan sifatnya dinamis.
Lintas Budaya dalam Perawatan dan Pendidikan Tenaga Perawatan
Selama tiga dekade terakhir, tenaga keperawatan harus mengembangkan, meningkatkan pengetahuan / ilmunya, karena tuntutan klien dari hari kehari semakin kompleks, profesionalitas tenaga perawatan terus menerus harus ditingkatkan kwalitas-nya bila profesi keperawatan mengharapkan tidak ditinggal atau diabaikan oleh masyara-kat dan atau oleh profesi kesehatan lain. Era global tidak pernah akan dapat dihindari oleh siapapun termasuk profesi kepe rawatan. Pertukaran informasi begitu cepat, sarana transportasi semakin mobil, kemajuan iptek terus melaju, ini semua akan sangat mempercepat transcultural process dalam setiap profesi, termasuk profesi perawat. Pendidikan tenaga perawatan mau tidak mau, senang maupun tidak senang harus membekali peserta didiknya tentang asuhan keperawatan yang adekuat dengan nilai-nilai kultur yang menjadi milik klien / pasien, selain management keperawatan yang harus men jadi acuan dalam setiap intervensi. Pada dewasa ini (era global), nilai-nilai kultural menjadi suatu yang urgent.dalam setiap tindakan perawatan. Tantangan yang signifikan bagi profesi keperawatan pada abad duapuluh satu, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Ryan dan kawan-kawan di Amerika Serikat tentang transcultural nursing menghasilkan rekomendasi :
1. Tenaga perawatan harus mengerti, memahami transcultural nursing
2. Transcultural nursing sebagai kesatuan integral dalam setiap intervensi, setiap tenaga paramedis diharapkan mempunyai kompetensi.
3. Setiap lembaga pendidikan tenaga paramedis hendaknya memberikan kompe tensi transcultural nursing kepada mahasiswa/i,
4. Pengetahuan dan Penelitian tentang transcultural nursing terus menerus dilakukan dalam praktik/pelayanan.
5. Di lahan praktik / pelayanan perlu adanya pendamping yang mengerti dan mengerti transcultural nursing.\
Leininger dan McFarland, mengatakan bahwa pada tahun 2015, semua tenaga parmedis (perawat) sudah siap secara adekuat pada setiap tindakan keperawatan antara pengetahuan / konsep keperawatan dengan nilai-nilai lintas budaya pada setiap pasien/klien yang dilayaninya, karena tantangan lintas nilai-nilai budaya pada milenium ketiga akan sangat berpengaruhi terhadap keberhasilan, kwalitas pelayanan/intervensi kepada pasien/klien.

Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis

Pendahuluan
Ilmu kedokteran merupakan bidang ilmu terapan, dimana pengetahuan yang kompleks digunakan untuk memecahkan satu masalah yang sama. Hal ini berbeda dengan ilmu murni dimana pengetahuan dan masalah yang dicari pemecahannya bersifat horisontal. Proses berpikir logis lebih tepat digunakan pada penelitian ilmu murni, sedangkan masalah di kedokteran menggunakan proses berpikir yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kunci utama keberhasilan dalam menyelesaikan masalah klinis sebagai prerequisite dari kompetensi clinical reasoning.
Clinical reasoning tidak hanya ditentukan dari proses yang digunakan oleh seorang dokter untuk menentukan keputusan klinik, melainkan dari pemahaman individu terhadap materi pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Pemahaman individu terhadap materi pengetahuan ditentukan oleh cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir kritis mempunyai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Mahasiswa kedokteran seharusnya mengoleksi pengetahuan dengan kualitas pemahaman yang lebih baik. Hal ini memerlukan pengajaran yang menggunakan strategi perpikir kritis terhadap semua pokok bahasan di kedokteran.
Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga dosen lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman dosen tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Anderson et al., 1997; Bloomer, 1998; Kember, 1997 Cit in Pithers RT, Soden R., 2000).
Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang permasalahan cara belajar berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran, serta panduan dalam program pengembangan staf yang memberikan perhatian untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis.

Ketrampilan Intelektual dan Perkembangan Kognitif
Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis. Rath et al (1966) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir kritis adalah interaksi antara pengajar dan siswa. Mahasiswa memerlukan suasana akademik yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi siswa untuk mengekspresikan pendapat dan keputusannya selama berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah ketrampilan intelektual. Ketrampilan intelektual merupakan seperangkat ketrampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis ketrampilan dapat dimasukkan sebagai ketrampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Ketrampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.
Bloom mengelompokkan ketrampilan intelektual dari ketrampilan yang sederhana sampai yang kompleks antara lain pengetahuan/pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan ketrampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen ketrampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).
Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para dosen tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh mahasiswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.

Strategi pembelajaran berpikir kritis
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah mengkombinasikan berbagai strategi. Faktor yang menentukan keberhasilan program pengajaran ketrampilan berpikir adalah pelatihan untuk para pengajar. Pelatihan saja tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan berpikir jika penerapannya tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, tidak disertai dukungan administrasi yang memadai, serta program yang dijalankan tidak sesuai dengan populasi siswa (Cotton K., 1991).
Penulis menilai strategi belajar kelas lebih sesuai pada pengajaran tingkat dasar dan menengah seperti hasil-hasil penelitian yang dilaporkan pada artikel tersebut. Pada pendidikan tingkat lanjut mahasiswa dipersiapkan untuk dapat belajar lebih mandiri sebagai modal yang diperlukan pada saat bekerja. Artikel tersebut juga melaporkan bahwa strategi pengajaran yang diarahkan melalui komputer (CAI) mempunyai hubungan positif terhadap perkembangan intelektual dan pencapaian prestasi. Strategi tersebut dapat menjadi pilihan dalam pendidikan tinggi, sehingga mahasiswa dapat mengatur cara belajarnya secara mandiri.
Strategi pengajaran berpikir kritis pada program sarjana kedokteran yang dilakukan di Melaka Manipal Medical College India adalah dengan memberikan penilaian menggunakan pertanyaan yang memerlukan ketrampilan berpikir pada level yang lebih tinggi dan belajar ilmu dasar menggunakan kasus klinik untuk mata kuliah yang sudah terintegrasi menggunakan blok yang berbasis pada sistem organ. Setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa diberikan kasus klinik serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab beserta alasan sebagai penugasan. Jawaban didiskusikan pada pertemuan berikutnya untuk meluruskan adanya kesalahan konsep dan memperjelas materi yang belum dipahami oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa pada program tersebut menunjukkan prestasi yang lebih baik dalam mengerjakan soal-soal hapalan maupun soal yang menuntut jawaban yang memerlukan telaah yang lebih dalam. Mahasiswa juga termotivasi untuk belajar (Abraham RR., et al., 2004).

Penelitian tersebut membuktikan dua hal dalam pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yaitu:
1. Dengan menggunakan konteks yang relevan seperti masalah klinik yang dipahami oleh mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus meningkatkan prestasi akademisnya.
2. Cara penilaian yang memerlukan telaah yang lebih dalam, mendorong siswa untuk belajar secara lebih bermakna daripada sekedar belajar untuk menghapal.
Artikel di atas menyatakan bahwa pertanyaan diberikan setelah memperoleh kuliah pendahuluan konsep dasar dari ilmu dasar yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang diberikan telah disusun oleh dosen dengan konsep yang jelas sehingga tidak memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menentukan informasi yang diperlukan untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan salah satu karakter seorang yang berpikir kritis adalah self regulatory, sehingga pengajaran tersebut dapat dikombinasikan dengan strategi lain agar mahasiswa dapat menentukan informasi secara mandiri. Artikel tersebut juga tidak menjelaskan bagaimana proses diskusi yang dilakukan pada kelas besar, sehingga setiap mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan argumentasi dari jawaban pertanyaan yang diberikan. Penulis beranggapan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dapat dimasukkan ke dalam study guide sebagai salah satu sumber belajar ketika mahasiswa dalam belajar mandiri pada strategi Problem Based Learning.
Pembelajaran kolaboratif melalui diskusi kelompok kecil juga direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Resnick L., 1990; Rimiene V., 2002; Gokhale A.A., 2005). Dengan berdiskusi siswa mendapat kesempatan untuk mengklarifikasi pemahamannya dan mengevaluasi pemahaman siswa lain, mengobservasi strategi berpikir dari orang lain untuk dijadikan panutan, membantu siswa lain yang kurang untuk membangun pemahaman, meningkatkan motivasi, serta membentuk sikap yang diperlukan seperti menerima kritik dan menyampaikan kritik dengan cara yang santun.

Evaluasi kemampuan berpikir kritis
Evaluasi merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi Bloom1,3. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan strategi kognitif, serta sikap.
Colucciello menggabungkan berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen pemecahan masalah keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen ketrampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain menentukan tujuan, menyusun pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menunjukkan bukti, menganalisis konsep, interpretasi, asumsi, perspektif yang digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, kedalaman, dan logikal2. Dia juga membandingkan dengan inventory yang sudah ada seperti California Critical Thinking Test (CCTT) untuk mengevaluasi ketrampilan berpikir kritis dan Critical Thinking Disposition Inventory (CTDI) untuk mengevaluasi sikap berpikir kritis2.
Evaluasi juga menilai kesesuaian rencana dengan penerapan di lapangan (evaluasi proses) yang termasuk di dalamnya adalah mengevaluasi budaya akademik dalam kelas dan budaya akademik dalam fakultas yang dilakukan secara sistematis baik oleh dosen maupun administrator yang dinyatakan oleh Orr and Klein, 19914. Penilaian mahasiswa terhadap dosen dapat menggunakan berbagai karakteristik sikap yang menghambat atau mendorong kemampuan berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.

Kesimpulan
Strategi pengajaran yang mendorong mahasiswa berpikir kritis terhadap pokok bahasan di kedokteran dapat menggunakan berbagai strategi pengajaran yang menggunakan pendekatan di bawah ini:
• Pembelajaran Aktif
• Pembelajaran Kolaboratif
• Pembelajaran Kontekstual
• Menggunakan pendekatan higher order thinking
• Self directed learning
Kombinasi dari berbagai strategi di lebih dianjurkan oleh karena dapat mencapai berbagai aspek dari komponen berpikir kritis. Teknologi pengajaran yang menerapkan kombinasi dari berbagai strategi yang ada saat ini misalnya Problem Based Learning (PBL). Fakultas Kedokteran perlu mengembangkan strategi pengajaran tersebut dalam pengajaran agar mahasiswa dapat belajar materi kedokteran melalui proses berpikir kritis. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi makna yang lebih dalam (bukan sekedar mendapat materi yang dalam) dari materi yang dipelajari. Pemahaman terhadap makna pokok bahasan yang dipelajari mempunyai hubungan dengan kemampuan clinical reasoning sebagai kompetensi seorang dokter.

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

A. Definisi
Standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus dilakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Otonomi dalam pekerjaan
• Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
• Pengambilan keputusan yang mandiri
• Kolaborasi dengan disiplin lain
• Pemberian pembelaan
• Memfasilitasi kepentingan pasien



B. Klasifikasi
1. Perawat dan Pelaksana Praktek Keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standart praktek keperwatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standart pendidikan Keperawatan. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart profesi keperawatan.
2. Nilai-nilai Pribadi dan Praktek Profesional
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai pribadi yang memiliki perawat dengan pelakasana praktek yang dilakukan sehari-hariselain itu pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan tertentu , dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.
C. Standar Praktek Keperawatan
Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlah standar praktek keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktek sangat penting sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat memberikan perawatan dan sebagai kriteria untuk melakukan evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien dapat diyakinkan bahwa mereka mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat mengetahui secara pasti apakah yang penting dalam pemberian askep dan staf administrasi dapat menentukan apakah asuhan yang diberikan memenuhi standar yang berlaku.



D. Standar Praktek Keperwatan Klinis ( ANA,1991)
Standar I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien. Pengkajian ini darus lengkap, sistematis dan berkelanjutan.
Kriteria pengukuran :
1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .
3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan..
4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.
5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.
Standar II :Diagnosa
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.
Kriteria pengukuran :
1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.
2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila memungkinkan.
3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.

Standar III : Identifikasi hasil
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.
Kriteria pengukuran :
1. Hasil diambil dari diagnosa.
2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.
3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan potensial.
5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.
6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.
7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.
Standar IV : Perencanaan
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria pengukuran :
1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.
2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang
4. Rencana tersebut didokumentasikan.
5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.
Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.
Kriteria pengukuran :
1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.
2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.
3. Intervensi didokumentasikan
Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.
Kriteria pengukuran :
1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.
2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.
4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,
5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.
6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi



E. Manfaat Standar Praktek Keperawatan
a) Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedbeck untuk perbaikan.
b) Administrasi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.
c) Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
d) Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas askep.
e) Sistem Pelayanan Kesehatan
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.





F. Tujuan Standar Praktek Keperawatan
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
a. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
b. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.
c.Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan.
d. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
e. Tenaga kesehatan lain
Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

G. Penerapan Standar Praktek Keperawatan
Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan pendekatan secara umum dan khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut :
• Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan ( semua level keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar ini terdiri dari : filosofi, tujuan, tata kerja organisasi, fasilitas dan kualifikasi perawat.
• Standar proses : berorientasi pada perawat, khususnya ; metode, prinsip dan strategi yang digunakan perawat dalam asuhan keperawatan. Standar proses berhubungan dengan semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
• Standar hasil : berorientasi pada perubahan status kesehatan klien, berupa uraian kondisi klien yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai hasil tindakan keperawatan.
Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek keperawatan sesuai dengan aspek yang diinginkan antara lain :
1. Aspek Asuhan keperawatan, dapat dipilih topik atau masalah keperawatan klien yang sering ditemukan, misalnya standar asuhan keperawatan klien anteatal, intranatal dan postnatal.
2. Aspek pendidikan dapat dipilih paket penyuluhan/pendidikan kesehatan yang paling dibutuhkan, misalnya penyuluhan tentang perawatan payudara.
3. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur, masalah kesehatan tertentu misalnya; kelompok menopouse.
Dalam penerapan standar prktek keperawatan dapt dimodifikasi keduanya dalam pelayanan asuhan keperawatan. Contoh : pelaksanaan standar asuhan keperawatan pada klien postnatal, perawat dapat mengunakan standar proses (metode, prinsip dan strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
H. Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan
Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:
1) Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.
2) Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
I. Hubungan Standar dan Legislasi
Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauan Standar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.
J. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Praktek Keperawatan
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena ada beberapa langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim penyusun), menentukan filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar dengan teori keperawatan, menentukan topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9)
Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara otomatis dilakukan oleh tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut : merumuskan filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan topik dan format standar (Sahar,J, 1996)
Adapun langkah-langkah penyusunan standar menurut Dewi Irawaty,1996 adalah
1. Menetukan komite (tim khusus)
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, untuk itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim penyusun terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan.
2. Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.
Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan interpersonal, agama, pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini oleh profesi.

3. Menghubungkan standar dan teori keperawatan.
Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar, mengarahkan dan menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan dapat digunakan untuk menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah dipilih sebelumnya. Ada beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care).
Perawat profesional bertanggung jawab dalam membantu klien untuk dapat melakukan perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan yang dimiliki klien. Berdasarkan teori tersebut maka dapat digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan standar praktek keperawatan.
4. Menentukan topik dan format standar
Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek penyusunan standar misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu menggunakan pendekatan meliputi standar struktur, standar proses dan standar hasil.
Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik standar yang telah ditentukan. Apabila standar praktek keperawatan yang digunakan adalah pendekatan standar proses maka format standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil, perencanan, implementasi dan evaluasi.
Karena standar merupakan pendekatan sistematis yang terencana dalam praktek keperawatan maka diharapkan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien juga termasuk pendekatan diri klien dan keluarganya.

Referensi
http://www.inna-ppni.or.id
Ali, Zainidin, H. 2001.Dasar-dasar Keperawatan Profesional.jakarta: Widya Medika
Doenges, Marilyn e.1998.Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan: Alih bahasa, I Made Kariasa: editor, Setiawan.Jakarta: EGC
Ismani, Nila, HJ.2001.Etika Keperawatan.Jakarta:Widya Medika